News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penerapan Ekonomi Hijau BCA, Mulai Salurkan Portofolio ke Sektor EBT dan Kantor 'Green Building'

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengendara mobil listrik sedang mengisi baterai mobilnya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di halaman depan BCA Foresta, Tangerang, Kamis (16/6/2022). Fasilitas SPKLU yang dihadirkan di Wisma BCA Foresta dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat yang berada di sekitar Wisma BCA Foresta yang beroperasi selama 24 jam dalam 7 hari. Terdapat dua jenis mesin charging dengan kapasitas 7 KW yang dapat melakukan pengisian selama 6 jam dan 22 KW dengan pengisian selama 2 jam. Untuk melakukan pengisian daya, pengendara dapat melakukan dengan self-service dan pastikan telah terhubung dengan aplikasi EV Cuzz yang dapat diunduh di smartphone konsumen. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia kini tengah menguatkan komitmennya untuk mendorong penerapan ekonomi hijau sebagai salah satu strategi transformasi dalam menerapkan ekonomi yang berkelanjutan.

Seiring berjalannya waktu, ekonomi hijau akan semakin populer. Sebaliknya, pembangunan ekonomi yang mengadopsi praktik konvensional atau yang tidak berkelanjutan, bakal semakin ditinggalkan.

Pasalnya, praktik tersebut kurang berpihak terhadap faktor sosial hingga lingkungan.

Pengamat Ekonomi, Cyrilus Harinowo mengatakan, ekonomi hijau adalah ekonomi yang memperhatikan 3 aspek. Yakni rendah karbon (low-carbon economy), Efisiensi Sumber Daya (Resource Efficiency), dan Social Inclusion alias mendorong penyertaan sosial. Sebuah penerapan ekonomi hijau akan menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia.

Baca juga: Kantor BCA Ini Terapkan Konsep Green Building, Ini Sederet Teknlogi Yang Digunakan

Cyrilus mengungkapkan, ekonomi hijau sebenarnya telah populer sejak sebelum tahun 2000.

Seiring berjalannya waktu, hal tersebut kian populer dan akhirnya dunia semakin memperkuat komitmennya pada Perjanjian Paris atau Paris Agreement pada tahun 2015.

Kesepakatan internasional itu menekankan komitmen mitigasi, adaptasi dan keuangan terkait perubahan iklim.

Juga, persetujuan tersebut mengawal negara-negara untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lain untuk membatasi pemanasan global.

Bahkan saat ini, sejumlah negara di Eropa telah mempercepat penggunaan kendaraan listrik untuk kegiatan sehari-hari. Karena seperti diketahui, kendaraan mesin yang masih menggunakan bahan bakar fosil, memiliki buangan gas karbon yang cukup besar.

“Ini lah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan ekonomi hijau ke depan. Paris Agreement di 2015 adalah bukti bahwa dunia menggiring, dan menargetkan untuk mencapai net carbon emissions di 2050 di seluruh dunia,” ucap Cyrilus saat Media Tour Wisma BCA Foresta, BSD belum lama ini.

Baca juga: BCA Tanggapi Kasus Penipuan Berkedok BCA Prioritas dari Iklan Palsu, Nasabah Rugi Ratusan Juta

Untuk di Indonesia sendiri, lanjut Cyrilus, penggunaan kendaraan listrik masih belum populer seperti di Benua Biru.

Namun kini Indonesia telah berkomitmen untuk membentuk ekosistem kendaraan listrik mulai dari hulu hingga hilir.

Dari sisi pembangkit listrik, Indonesia juga sudah mulai memaksimalkan sumber-sumber energi terbarukan yang ada. Mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Air, Panas Bumi, Angin, hingga tenaga Surya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini