News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis: Suku Bunga The Fed dan Ancaman Resesi Biang Kerok Rupiah Jatuh Hampir Rp 15.000/USD

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas teller sebuah bank BUMN di Jakarta menghitung uang kertas, Senin (18/5/2020). Analis berpendapat, pemicu utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah sentimen Bank Sentral AS atau The Fed dan isu resesi. Tribunnews/Jeprima

Setali tiga uang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tak mampu bangkit dari zona merah dan berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi II di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin.

IHSG ditutup melemah 2,28 persen pada level 6.639,172.

Melansir RTI, terdapat 109 saham yang hijau, 460 saham merah, dan 119 saham lainnya stagnan. Jumlah transaksi mencapai Rp 11,9 triliun dengan volume 19,2 miliar saham.

Saham yang menahan indeks antara lain GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) turun 6,49 persen, Ace Hardware Indonesia (ACES) turun 6,45 persen, dan Ever Shine Tex (ESTI) turun 6,3 persen.

Emiten yang mencatatkan kenaikan paling tinggi pada sesi perdagangan hari ini ialah, Pelangi Indah Canindo (PICO) yakni sebesar 34,04 persen, Harapan Duta Pertiwi (HOPE) naik 20,61 persen, dan Indo Pureco Pratama (IPPE) naik 11,36 persen.

Berbeda dengan IHSG, tiga bursa utama Asia, yakni Nikkei, Shanghai Komposit, dan Straits Times mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,84 persen, 0,53 persen, dan 0,76 persen. 

Bursa Hong Kong, Hang Seng Index mengalami penurunan sebesar 0,13 persen. Terpisah, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kata Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah bisa mempengaruhi perekonomian nasional.

Investasi asing yang masuk ke Indonesia bisa berkurang dan kemudian menekan pertumbuhan ekonomi.

"Pelemahan rupiah bisa meningkatkan risiko investasi sekaligus menurunkan masuknya investasi asing ke Indonesia."

"Pelemahan rupiah juga meningkatkan potensi inflasi di Indonesia. Inflasi Indonesia bisa meningkat lebih besar dan memangkas daya beli masyarakat. Ujungnya menahan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi," kata Piter Abdullah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini