TRIBUNNEWS.COM - Resesi adalah penurunan ekonomi yang dialami oleh suatu wilayah.
Resesi atau kelesuan ekonomi biasanya ditandai dengan adanya penurunan produksi dan penyerapan tenaga kerja yang menyebabkan pendapatan suatu wilayah menurun.
Resesi akan memberikan imbas atau efek besar pada suatu wilayah.
Menurut ojk.go.id, resesi ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk.
Resesi biasanya terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Baca juga: 5 Riwayat Resesi Global, Ada The Great Depression dan Krisis Finansial Asia 1997
Baca juga: Indonesia Berpotensi Resesi, Apa Dampaknya? Ini Tanggapan Menkeu
Resesi juga dapat diartikan sebagai periode penurunan kinerja ekonomi di seluruh perekonomian yang berlangsung selama beberapa bulan.
Sejak Revolusi Industri, tren ekonomi makro jangka panjang di sebagian besar negara adalah pertumbuhan ekonomi.
Dikutip dari investopedia.com, seiring pertumbuhan jangka panjang, saat ini telah terjadi fluktuasi jangka pendek ketika indikator ekonomi makro utama telah menunjukkan perlambatan atau bahkan penurunan kinerja secara langsung.
Namun perlu difahami, resesi normal terjadi.
Baca juga: Tanggapan Sri Mulyani soal Indonesia Berpotensi Resesi, Minta Tetap Waspada
Penyebab Resesi
Resesi dapat terjadi karena pergeseran struktural dalam ekonomi karena perusahaan, industri, atau teknologi yang gagal atau tersapu.
Resesi biasanya disebabkan karena adanya pergolakan sosial dan politik akibat meluasnya pengangguran dan kesulitan ekonomi.
Banyak teori menyebutkan, resesi disebabkan karena berbagai faktor misalnya faktor keuangan atau faktor psikologis,
Misalnya, lonjakan harga minyak yang tiba-tiba terjadi, dapat membuat seluruh industri mengalami penurunan minat konsumen.