Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menegaskan, upaya embargo oleh negara-negara anggota G7 kepada perusahaan-perusahaan energi Rusia menjadi penyebab utama melonjaknya harga energi di pasar global.
"Rencana kampanye anti-pasar untuk meningkatkan tekanan pada Moskow dapat berisiko” jelas Zakharova.
Skema pembatasan ekspor energi Rusia yang diserukan menteri Keuangan AS Janet Yellen awalnya ditujukan untuk memberikan tekanan lebih pada perekonomian Moscow, agar pihaknya memberhentikan kegiatan operasi militer di Ukraina.
Namun sayangnya aturan tersebut justru memicu bencana kenaikan harga energi bagi AS dan para sekutunya, ini terjadi setelah pasokan minyak dunia mengalami krisis di tengah meningkatnya permintaan.
Kondisi tersebut lantas membuat harga minyak mentah yang dijual di pasar global mengalami lonjakan parah.
Baca juga: Menkeu AS: Batas Harga Minyak Rusia Bisa Bantu Meredam Inflasi yang Menggila
Penerapan sanksi lebih lanjut telah mengantarkan harga minyak dunia melesat ke rekor tertinggi, Reuters mencatat minyak berjangka Brent saat ini dibandrol dibawah 100 dolar AS per barel.
Harga ini terpaut jauh apabila dibandingkan dengan harga energi diskon yang ditawarkan Rusia, dimana minyak mentah hanya di jual seharga 75 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga Minyak Ambles 4 Dolar AS, Pasar Antisipasi Naiknya Lagi Suku Bunga The Fed
Tak hanya harga energi saja yang ikut terkerek aksi embargo Rusia, namun sejumlah harga pangan juga turut terdampak aturan ini. Lonjakan harga pangan dan energi bahkan telah memicu naiknya angka inflasi di sejumlah negara.
Seperti AS yang baru – baru ini merilis kenaikan inflasi sebesar 9,1 persen, disusul Jerman sebesar 7,9 persen, dan Turki 54,6 persen.
Naiknya laju inflasi tersebut menunjukan bahwa pengaruh embargo energi Rusia memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi global.
Baca juga: Harga Minyak Melonjak Menjelang Kenaikan Suku Bunga The Fed
Peran Rusia sebagai salah satu eksportir energi terbesar di dunia tak bisa diragukan lagi, kontribusi minyak Rusia dalam menopang kebutuhan energi dunia telah membuat sejumlah negara besar mengalami ketergantungan.
Bahkan untuk memutus ketergantungan tersebut, AS saat ini tengah berupaya menggandeng sejumlah eksportir minyak dunia untuk bergabung mengisi kekosongan stok minyak mentah di pasar global.
Bahkan Presiden AS Joe Biden juga turut menggelar pembicaran ekspor minyak dengan beberapa Timur Tengah salah satunya Saudi Arabia, pada Jumat (15/7/2022)
Belum diketahui bagaimana hasil pembicaraan kerjasama dagang tersebut terjadi, namun Zakharova menghimbau agar AS dan negara kelompok G7 lainnya mulai memperlonggar sanksi terhadap Rusia, dengan begini harga energi bisa kembali mereda ke zona aman.