News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kepala SKK Migas Proyeksikan Harga Minyak Dunia Berada di Level 100 Dolar AS per Barel hingga 2023

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini fluktuasi harga minyak dunia sedang mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi harga minyak dunia bakal mengalami penurunan di bawah 100 dolar AS per barel pada tahun 2023.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini fluktuasi harga minyak dunia sedang mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi.

Salah satu pemicunya yakni adanya konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan naiknya harga komoditas, termasuk utamanya harga minyak dan gas.

Baca juga: Harga Minyak Naik 2,5 Persen Setelah Arab Saudi Batal Meningkatkan Pasokan untuk Pasar Global

"Di semester I-2022, tumbuhnya ekonomi global pasca pandemi dan krisis suplai sanksi Rusia menyebabkan harga mencapai 127 dolar AS per barel (Maret 2022) dan rata-rata Juni 117,5 dolar AS per barel," ucap Dwi di Kantor SKK Migas, (16/7/2022).

"Di 2023, suplai minyak akan menyeimbangkan permintaan, sehingga harga di sekitar 90 dolar AS per barel," sambungnya.

Dwi melanjutkan, prediksi harga minyak dunia di 2023 yang ia katakan, dengan asumsi apabila konflik Rusia dan Ukraina sudah reda.

Dalam kesempatan tersebut, Dwi Soetjipto juga mengungkapkan, situasi global yang saat ini terjadi, sangat mempengaruhi kinerja sektor migas global.

Tak hanya konflik geopolitik di Eropa, SKK Migas mencatat terdapat 2 hal lain.

Pertama, post pandemi Covid-19 memberikan dampak meningkatnya permintaan migas global. Dan hal tersebut masih menjadi perhatian khusus.

Baca juga: Rusia Minta G7 Cabut Pembatasan Harga Minyak Demi Cegah Lonjakan Harga Energi

Kemudian yang kedua adalah, tuntutan terkait pengurangan emisi karbon.

Adanya tuntutan tersebut membuat sejumlah investor tertarik untuk menginvestasikan ke proyek-proyek atau sektor ramah lingkungan dan energi terbarukan.

Hal ini lah yang membuat investasi di hulu migas menurun, dan kemungkinan akan terjadi hingga ke depannya.

"Tuntutan net zero emission dampaknya akan dirasakan oleh investasi di hulu migas, dan diperkirakan turun," ucap Dwi.

"Dalam kondisi sekarang ini orang-orang (cenderung) masih wait and see terkait investasi jangka panjang (di hulu migas)," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini