Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat keuangan Ariston Tjendra menilai tekanan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah masih belum surut pekan depan.
Dia memprediksi pergerakan mata uang Garuda di kisaran Rp 14.900 hingga Rp 15.080 per dolar AS, di mana sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed masih akan memberikan tekanan ke rupiah.
"Karena Bank Sentral AS masih akan menaikan suku bunga acuannya dengan agresif," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (17/7/2022).
Baca juga: Jumat Sore, Rupiah Menguat ke Level Rp 14.999, Pengamat: Pekan Depan Berpotensi Kembali Melemah
Namun di sisi lain, ekspektasi pasar yang kembali berubah mengenai besaran kenaikan suku bunga bisa membantu penguatan rupiah.
Sebelumnya menguat ekspektasi bahwa The Fed akan naikkan suku bunga sebesar 100 basis poin di akhir Juli ini, tapi ekspektasi kembali berbalik menjadi 75 bps di akhir pekan lalu.
"Menurunnya ekspektasi besaran kenaikan (bunga The Fed) memberikan sentimen positif ke aset berisiko di akhir pekan kemarin," kata Ariston.
Tidak hanya suku bunga Fed, rupiah mendapatkan tekanan dari isu inflasi dan resesi, yang juga masih akan membayangi pasar keuangan pekan depan.
"Tingkat inflasi naik di dunia, termasuk di Indonesia karena kenaikan harga pangan dan energi akibat perang di Ukraina. Isu ini bisa menekan pergerakan aset berisiko, termasuk rupiah," pungkas Ariston.