Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Para pemimpin dari kelompok negara pengekspor minyak (OPEC+) yaitu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengumumkan rencana peningkatan produksi minyak mentah untuk mengisi kilang Amerika Serikat (AS).
Peningkatan pasokan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya krisis pasokan pada kilang minyak AS selama musim dingin mendatang, tepatnya pada bulan September hingga akhir tahun mendatang.
Menurut tiga sumber Reuters, pada Juli lalu awalnya negara pengekspor minyak yang tergabung dalam kelompok OPEC+ menolak permintaan presiden AS Joe Biden untuk menambah pasokan minyak pada kilang AS yang saat ini tengah mengalami krisis.
Baca juga: Harga Minyak WTI dan Brent Merosot, Turun ke Posisi Terendah Selama 2022
Namun setelah para investor memperketat laju pasar dan mendorong kenaikan harga minyak mentah hingga membuat biaya BBM melesat naik ke level tertinggi, akhirnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bersedia untuk menambah pasokan minyaknya sebanyak 2,0 hingga 2,7 juta barel per hari dimulai pada awal September nanti.
Peningkatan pasokan ini dimaksudkan Arab Saudi dan UEA untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi pasar global, di tengah memanasnya invasi Rusia dan Ukraina.
"Satu-satunya waktu kami dapat membuktikan bahwa kami memiliki lebih banyak kapasitas cadangan adalah ketika menyangkut krisis jangka panjang," kata sumber itu, menambahkan bahwa anggota OPEC akan meningkatkan produksi.
Meski jumlah ekspor minyak tersebut menjadi yang terendah yang pernah dilakukan yang Saudi dan UEA sejak tahun 1982, namun melalui rencana peningkatan ini stok minyak mentah AS diprediksi dapat kembali naik menjadi 4,5 juta barel.
Baca juga: OPEC+ Sepakat Naikkan Produksi Minyak Jadi 100.000 Barel Per Hari Mulai September 2022
Apabila pasokan bertambah maka krisis minyak di pasar global bisa mereda, dengan begitu harga bahan bakar bisa kembali stabil di harga terendah sesuai dengan amanat dari Gedung Putih pada Rabu (3/8/2022) kemarin.