TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah sedang mengkaji kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi.
Meski kuota untuk energi subsidi ini telah menipis, harga Pertalite dan solar masih ditahan tidak naik.
Padahal, harga minyak dunia telah melambung.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan harga keekonomian sejumlah bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) masih lebih tinggi dari harga yang dijual di SPBU.
Ia mencontohkan, dua jenis BBM yang harganya masih lebih rendah dari nilai keekonomiannya ialah Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92).
Saat ini kata Airlangga, harga keekonomian Pertalite sudah mencapai Rp 13.150 per liter. Sementara di SPBU, Pertalite masih dijual Rp 7.650 per liter.
Baca juga: DPR Tak Mau Tambah Subsidi BBM dan Gas, Harga Pertalite dan Gas 3 Kg Bakal Naik?
Akibatnya, selisih harga harus ditanggung pemerintah lewat skema subsidi.
"(Sementara) Harga keekonomian Pertamax Rp 15.150 per liter, namun kita masih memberikan harga eceran Rp 12.500 per liter," ujar dia dalam konferensi pers, Selasa (16/8/2022).
Lebih lanjut Airlangga mengklaim, harga bensin di Indonesia saat ini masih lebih rendah dibanding sejumlah negara Asia Tenggara lainnya.
Berdasarkan data yang Ia miliki, di Thailand rata-rata harga BBM dipatok Rp 19.500, Vietnam Rp 16.645 per liter, dan Filipina Rp 21.352.
"Kita relatif di bawah negara ASEAN lain," kata Airlangga dikutip Kompas.com.
Tingginya harga komoditas energi memang diakui pemerintah sebagai salah satu tantangan utama yang dihadapi saat ini.
Oleh karenanya, pemerintah menganggarkan subsidi energi yang nilainya mencapai Rp 502,4 triliun pada tahun 2022.
Subsisi capai Rp 502 triliun