Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Bank Sentral Jerman mengatakan resesi di Jerman semakin mungkin terjadi dan inflasi akan mencapai puncaknya sebesar 10 persen pada musim gugur ini.
Pernyataan tersebut diungkapkan Bank Sentral Jerman atau Bundesbank dalam laporan bulanan yang diterbitkan Senin (22/8/2022) kemarin.
Dengan industri besarnya yang sangat bergantung pada gas Rusia, Jerman menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap pemutusan pasokan energi. Melonjaknya harga bahan bakar semakin membebani perekonomian negara ini.
"Penurunan output ekonomi di bulan-bulan musim dingin menjadi lebih mungkin terjadi. Tingkat ketidakpastian yang tinggi atas pasokan gas musim dingin ini dan kenaikan harga yang tajam kemungkinan akan sangat membebani rumah tangga dan perusahaan," kata Bundesbank, yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Gazprom Rusia Tutup Pipa Nord Stream 1, Krisis Energi Eropa Dikhawatirkan Makin Parah
Rusia telah membatasi ekspor gasnya, sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang diterima Moskow menyusul invasinya ke Ukraina.
Sebagian besar ekonom saat ini memandang ekonomi Jerman akan jatuh ke dalam resesi, setelah Rusia membatasi aliran gasnya.
Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di benua Eropa, telah bergulat dengan kenaikan harga energi dan kekurangan pasokan gas, yang memaksa negara ini mengurangi konsumsi energinya.
Sektor-sektor yang sangat bergantung pada pasokan energi seperti produksi logam dan pupuk, sangat menderita dengan adanya krisis energi ini.
Kenaikan harga energi akan terus mendorong inflasi lebih tinggi, diperkirakan inflasi Jerman akan mencapai puncaknya sebesar 10 persen di musim gugur ini.
"Secara keseluruhan, tingkat inflasi bisa mencapai 10 persen di musim gugur. Risiko kenaikan inflasi tinggi, khususnya jika terjadi penghentian total pasokan gas dari Rusia," ujar Bundesbank.
Bundesbank juga memperingatkan, tingginya inflasi dapat meningkatkan risiko kenaikan upah yang cepat, mengingat rekor pengangguran yang rendah, sehingga membuat inflasi tinggi menetap lebih lama melalui spiral harga upah.
Baca juga: Pasokan Energi Rusia Turun Drastis, Penyedia Listrik Jerman Rugi Besar
Spiral harga upah merupakan teori ekonomi makro yang digunakan untuk menjelaskan sebab akibat antara kenaikan upah dan kenaikan harga atau inflasi. Ketika harga upah meningkat, pendapatan yang dikeluarkan juga akan naik sehingga mendorong permintaan barang dan menyebabkan melonjaknya harga barang.
Bank Sentral Eropa (ECB) telah menaikkan suku bunga pada bulan lalu untuk memerangi inflasi, namun kenaikan suku bunga lebih lanjut diperkirakan akan dilakukan mengingat prospek pertumbuhan harga gagal membaik.