Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, pemerintah perlu mewaspadai ketegangan yang terjadi antara Tiongkok dan Taiwan.
Menurutnya, konflik geopolitik kedua negara dapat mempengaruhi arus perdagangan di mana Tiongkok dan Taiwan merupakan mitra perdagangan penting Indonesia baik dalam hal ekspor maupun impor.
“Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Tiongkok dengan Taiwan, tentunya berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia,” urai Johanna di Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Baca juga: Harga Minyak Mentah Mengalami Tekanan, Sepekan Anjlok 1,5 Persen di Tengah Ancaman Resesi
Dalam hal ini, lanjut dia, pemerintah perlu menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri, misalnya dengan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor sehingga mengurangi ketergantungan pada Tiongkok.
“Kita perlu juga menjajaki potensi pasar luar negeri lainnya seperti India dan juga beberapa negara lainnya,” tukasnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu sebelumnya memastikan pemerintah akan terus memantau risiko dari ketegangan politik antara Tiongkok dengan Taiwan.
Ia khawatir ketegangan kedua negara itu ikut mendongkrak harga komoditas global, serta mengganggu pemulihan ekonomi di berbagai negara.
“Tidak hanya itu, konflik tersebut juga berdampak terhadap mobilitas perdagangan dan juga investasi Indonesia,” kata Febrio.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tiongkok merupakan negara terbesar tujuan ekspor non-migas senilai 5,09 miliar dolar AS.
Tiongkok juga merupakan pemasok barang impor non-migas terbesar selama periode Januari - Juni 2022 senilai 32,08 miliar dolar AS atau setara 33,17 persen dari total impor.
Baca juga: China Pangkas Suku Bunga Pinjaman untuk Hidupkan Kembali Ekonomi yang Tersendat
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang tahun lalu mencapai sekitar 6,9 miliar dolar AS yang didominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar 2,7 miliar dolar AS, dan Bahan Bakar Mineral (HS 27) mencapai 1,8 miliar dolar AS.
Sedangkan untuk impor Indonesia dari Taiwan mencapai 4,4 miliar dolar AS dan didominasi oleh impor mesin dan peralatan listrik yang mencapai 1,5 miliar dolar AS.