TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuktikan bahwa nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI mengalami peningkatan usahanya sebesar 32,94 persen dari omset sebelumnya.
Anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid menilai hal itu membuktikan BRI mampu menjadi bank yang inklusif, bukan bank konservatif seperti kebanyakan bank yang ada saat ini.
Menurut Nusron, lazimnya bank yang konservatif hanya peduli terhadap fungsi intermediasi; yakni funding (mencari tabungan) dan financing (memberikan kredit).
Namun, Bank konsevatif tak pernah peduli nasib nasabah, apakah bisnisnya berkelanjutan atau tidak.
"Yang penting duitnya balik dan ada cost of fund (bunga). Tapi BRI tidak. Sangat inklusif,” kata Nusron kepada wartawan, Rabu (24/8/2022).
BRI, menurut Nusron, selalu mencarikan solusi tentang kelangsungan usaha nasabah.
Kontribusi bank plat merah ini terhadap penyerapan tenaga kerja dan bahkan dampaknya terhadap perekonomian nasional juga tak perlu diragukan.
Baca juga: Kurangi Dampak Pandemi Covid-19, Pemerintah Salurkan KUR Bagi Pekerja Migran Indonesia
"Ini yang saya sebut bank yang berkualitas dan inklusif. Tidak semata mata meminjamkan duit dan cari untung. Tapi punya program yang ada dampak terhadap makro dan mikro ekonomi," kata politisi Partai Golkar ini.
Adapun BRI mendapat jatah terbesar penyaluran KUR dengan porsi kurang lebih 70 persen dari total alokasi KUR secara nasional.
Pada 2020, jatah penyaluran KUR BRI mencapai Rp 140,2 triliun dengan realisasi Rp 138,5 triliun.
Kemudian pada 2021, kuota KUR BRI naik menjadi Rp195,59 triliun dengan realisasi penyaluran Rp 194,9 triliun.
Adapun untuk tahun ini, kuota KUR mencapai Rp 260 triliun dengan realisasi penyaluran untuk periode Januari-Mei 2022 yakni Rp 104,5 triliun.