“Hampir setengah produksi jagung nasional dihasilkan pada musim tanam pertama yang bertepatan dengan musim penghujan. Musim tanam kedua dan ketiga masing-masing hanya menyumbang 37 dan 14 persen produksi,” papar Azizah.
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Berharap Satu Bulan Lagi Harga Telur Turun
Sayangnya, Permendag 25/2022 (Perubahan atas Permendag 20/2021) hanya memperbolehkan BUMN dengan API-U untuk mengimpor jagung pakan ternak.
Seharusnya, lanjut Azizah, pemenuhan kebutuhan jagung perlu didukung dengan membuka lisensi impor untuk pihak swasta.
Membuka keran impor bagi swasta untuk jagung pakan ternak sebaiknya dipertimbangkan pemerintah untuk mengatasi dan menstabilisasi naiknya harga jagung.
Berdasarkan catatan CIPS, pada 2021, kenaikan harga jagung untuk pakan ternak sendiri sudah tembus 28,1 persen dibandingkan tahun 2020.
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Ungkap Penyebab Melambungnya Harga Telur: Karena Pengusaha Lakukan Afkir Dini
Azizah mengatakan, karena telur ayam merupakan sumber protein utama di Indonesia, harga yang tinggi tentu akan mempengaruhi konsumsi protein, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Sehingga, pembebasan impor jagung memungkinkan produksi komoditas yang lebih efisien.
“Indonesia, yang kurang memiliki keunggulan komparatif dalam produksi jagung, dapat mengimpornya dengan harga lebih rendah,” ucap Azizah.
“Hal ini akan menurunkan biaya produksi ayam sehingga menguntungkan tidak hanya pihak produsen ayam tetapi juga konsumen, terutama yang berpenghasilan rendah, dengan akses kepada ayam dan telur yang lebih murah,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Bambang Ismoyo)(Kompas.com/Ade Miranti Karunia)
Baca berita lainnya terkait Harga Telur Ayam.