Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak terhadap pasar saham.
Selain berpotensi melemahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan, kinerja saham sektor industri dan transportasi khususnya akan tertekan jika harga BBM bersubsidi naik.
"Ini juga menjadi sentimen yang juga berdampak pada indeks komposit, sebagaimana performa industri berpotensi menurun dengan kenaikan beban operasional. Beban naik dengan adanya kenaikan harga bahan bakar tersebut, terutama sektor transportasi yang sekitar 30 persen cost-nya terhadap total cost berasal dari bahan bakar," ujar dia melalui risetnya, Selasa (30/8/2022).
Baca juga: Saham Teknologi Rontok di Awal Perdagangan, IHSG Kandas 1,41 Persen ke 7.034
Menurutnya, lagi-lagi faktor pasokan dan permintaan jadi pemicu adanya rencana kenaikan harga BBM dan elpiji subsidi di dalam negeri.
"Namun, pemicu hebatnya yaitu konflik geopolitik Rusia dan Ukraina yang berdampak terhadap kondisi global. Apalagi, isolasi yang ditekankan pada Rusia melalui sejumlah sanksi internasional membuat suplai migas terganggu," katanya.
Ketergantungan Uni Eropa terhadap pasokan migas Rusia hingga 60 persen juga semakin menekan harga dengan pemangkasan terbaru menjadi 40 persen, usai pemeliharaan pipa Nord Stream yang menghubungkan alirannya ke Eropa.
Disrupsi pasokan yang terjadi tak hanya meningkatkan inflasi dari sisi supply cost inflation, tapi juga pembengkakan belanja pemerintah.
Pasalnya, tak seperti mayoritas negara lainnya yang langsung membebankan seluruh biaya bahan bakar ke konsumen, pemerintah Indonesia berbagi beban dengan masyarakat melalui pemberian subsidi.
Hanya saja, ditemukan fakta-fakta menarik yang membuat pemerintah berpikir ulang untuk menaikan harga bahan bakar yang sudah membengkakan belanja subsidi pemerintah.
Terlihat gap yang cukup besar terkait harga jual dengan harga semestinya baik jenis Solar, Pertalite, Pertamax, dan gas LPG 3 kilogram.
Terpantau selisih harga bahan bakar solar sebesar Rp 8.800, di mana harga semestinya sebesar Rp 13.950 per liter dan harga keekonomiannya sebesar Rp 5.150 per liter.
Selisih untuk jenis Pertalite sebesar Rp 6.800, di mana harga semestinya Rp 14.450 per liter dan harga jual ecer sebesar Rp 7.650 per liter.
Baca juga: IHSG Hari Ini Diprediksi Suram, Berikut Saham-saham yang Perlu Dicermati
Lalu, untuk jenis Pertamax selisih harganya yaitu Rp 4.800, di mana harga semestinya Rp 17.300 per liter dan harga jualnya sebesar Rp 12.500 per liter.