Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI - Kegiatan ekspor Taiwan di sepanjang Agustus 2022 mengalami kontraksi akibat melonjaknya laju inflasi di sejumlah negara.
Kondisi ini membuat permintaan pasar global terhadap produk buatan Taiwan mengalami penurunan drastis.
Menurut perkiraan dari 13 ekonom dunia, jumlah ekspor Taiwan telah turun 2 persen menjadi 3,4 persen.
Melansir dari Reuters penurunan ini mulai terjadi setelah pasar global mengalami lonjakan harga energi dan pangan, imbas memanasnya invasi Rusia di Ukraina.
Baca juga: Inflasi Amerika Melonjak, The Fed Diprediksi Bakal Naikkan Suku Bunga Hingga 100 Basis Poin
Kenaikan harga ini lantas memukul sektor ekonomi di sejumlah negara hingga membuat laju inflasi global mengalami peningkatan drastis.
Kondisi tersebut makin diperparah dengan adanya krisis bahan baku chip yang merupakan bagian penting dari rantai pasokan produk semikonduktor Taiwan, serta memanasnya konflik geopolitik antara China dan Taiwan, akibat kunjungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi ke Taipei pada awal bulan lalu.
Peningkatan inflasi di tengah krisis chip serta memanasnya konflik geopolitik yang kemudian membuat permintaan impor industri teknologi, khususnya pada produk gadget berteknologi tinggi dari pasar Taiwan mengalami pelemahan tajam sebanyak 1,9 persen atau sekitar 54,26 miliar bila dibandingkan dengan periode 2021.
“Taiwan menerima pukulan lebih besar dari perkiraan akibat melemahnya permintaan teknologi dan berlanjutnya masalah ekonomi di pasar terbesarnya China,” ujar laporan jajak pendapat 13 ekonom.
Penurunan ini bahkan jadi yang terbesar yang pernah dialami Taiwan, mengingat di bulan – bulan sebelumnya pasar Taiwan selalu menjadi eksportir utama sektor teknologi, hingga dapat mencatatkan diri sebagai pemimpin ekspor pangsa teknologi di kawasan Asia.