Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Inflasi di Jerman mencapai 10,9 persen pada September 2022, angka tersebut naik dari 8,8 persen yang tercatat pada bulan sebelumnya.
Capaian ini sesuai data resmi yang dirilis Kantor Statistik Federal (Destatis) Jerman pada Kamis kemarin.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (30/9/2022), angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 9,4 persen dan menandai rekor tertinggi sejak penciptaan euro pada 1999.
Baca juga: Inflasi Jerman Tembus 10 Persen, Analis: ke Depan Masih Bisa Lebih Buruk Lagi
Melonjaknya harga pangan dan energi dikabarkan berdampak cukup besar terhadap tingginya tingkat inflasi.
"Harga energi 43,9 persen lebih tinggi pada September 2022 dibandingkan September 2021. Ada juga kenaikan harga pangan di atas rata-rata sebesar 18,7 persen dari bulan yang sama
pada tahun sebelumnya," kata Destatis.
Pada Kamis kemarin, pemerintah Jerman menyetujui paket pinjaman sebesar 200 miliar euro atau setara 194 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk menahan 'kenaikan biaya energi dan konsekuensi paling parah bagi konsumen dan bisnis'.
Baca juga: Presiden Jokowi Usai Pengarahan Pengendalian Inflasi: Apa Kabanya Padang? Apa Ada Rendang?
Berdasarkan rencana yang akan dibiayai dengan pinjaman baru, Jerman akan memperkenalkan rem harga darurat untuk gas dan listrik.
Ini juga akan membatalkan retribusi gas yang direncanakan pada konsumen untuk menghindari kenaikan harga lebih lanjut.