Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Solusi teknologi e-commerce omni-channel and supply chain management kini semakin signifikan perannya dalam mendukung perkembangan bisnis perusahaan, tidak hanya mengefisiensikan proses bisnis seiring dengan perkembangan bisnis perusahaan yang semakin berkembang dan kompleks, tapi juga memudahkan para pemimpin perusahaan dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara cepat dan tepat.
Chief Commercial Officer Power Commerce Asia Andik Duana Putra mengatakan, solusi teknologi e-commerce omni-channel and supply chain management membantu mengkoneksikan perusahaan dengan pemasok dan penjualan di beragam sektor industri.
Baca juga: Transaksi E-commerce Hingga Juni 2022 Tembus Rp Rp 227,8 Triliun, Naik 22,1 Persen
"Selama ini mereka berjalan sendiri-sendiri, misalnya, antara divisi sales, stok dan lain-lain yang prosesnya panjang. Penggunaan sales force automation itu sistem lama. Salesman saat visit ke toko, dia membuka tools yang terkoneksi ke kantor pusat," ujarnya.
"Kita masuk di sisi ini melalui solusi distributor management system atau DMS. Ada dua tools masing-masing dipegang oleh salesman dan oleh toko. ini efektif untuk mengontrol supply chain termasuk financial status-nya sekaligus untuk membentuk ekosistemnya," ujarnya dalam perbincangan dengan Tribunnews di kawasan BSD, Tangerang, baru-baru ini.
Andik menambahkan, solusi e-commerce omni-channel and supply chain management juga bisa diaplikasikan di ekosistem perdagangan modern berbasis teknologi digital seperti e-commerce, web commerce, socio commerce, hingga chatcommmerce.
Solusi yang dihadirkan Power Commerce Asia mampu mengintegrasikan masing-masing ekosistem tersebut dalam satu kendali.
Baca juga: Pemerintah Diminta Turun Tangan Atasi Persoalan E-commerce Lakukan PHK
"Kalau masing-masing ekosistem ini masih dikelola oleh orang-orang yang berbeda, bisnis menjadi tidak seamless lagi. Kita hadir untuk mengintegrasikan semuanya tadi, kita integrasikan ke sistem di belakangnya seperti aspek payment gateyway dan lain-lain," ungkapnya.
Dia menambahkan, dengan solusi ini, prinsipal bisa mendapatkan update secara real time dari setiap platform perdagangan yang dikelola sekaligus bisa mengambil keputusan lebih cepat karena bisa mengukur kondisi pasar saat itu juga.
"Di toko, sistem kami juga nyambung ke mesin kasir. Rangkaian ekosistem ini kita integrasikan, mencakup inventory management, sampai supply chain management. Yang ada di pasar, selama ini sistem ini jalan sendiri-sendiri. Kita berusaha mengkoneksikan bisnis mereka," bebernya.
Bagi industri di sektor ritel, sistem yang dkembangkan Power Commerce Asia akan memudahkan kegiatan operasional sehari-hari seperti sales tak perlu lagi mendatangi setiap toko satu per satu.
"Ini karena pihak toko sudah bisa memonitor kebutuhan barang-barangnya apa saja yang mereka perlu belanja. Sales tinggal me-maintain hubungan dengan toko," beber Andik.
Andik menyebutkan, Power Commerce Asia saat ini memiliki 70 lebih klien dari beragam sektor bisnis mulai dari consumer goods, farmasi, perush teknologi building material, hingga sektor otomotif.
"Solusi yang kita offering ke mereka tidak mesti terpakai semuanya, tapi cukup yang relate dengan kebutuhan mereka saja karena sistem yang kita kembangkan sangat bisa dikustomisasi karena template nya sudah ada," ungkap Andik.
Berdasar pengalamannya selama ini menangani berbagai klien, perusahaan-perusahaan besar biasanya kebutuhan kustomisasinya cukup banyak.
Untuk memenuhi kebutuhan kustomisasi yang selalu berbeda pada setiap klien tadi, pihaknya terlebih dulu melakukan assesment di perusahaan klien.
"Kita lakukan assesment dan mapping terlebih dulu Common practice-nya apa saja yang biasanya dijalankan di perusahaan tersebut, lalu kita berikan rekomendasi sistem yang tepat seperti apa, dan yang cocok untuk dijalankan," ungkap Andik.
Algoritma dan Sistem Open API
Andik menjelaskan, sistem yang dikembangkan Power Commerce Asia untuk membantu klien perusahaan menggunakan algoritma pada integrated order management system-nya.
Algoritma ini bisa mendeteksi di mana order yang masuk lalu sistem akan langsung mencarikan stok dari gudang mana yang terdekat agar biaya logistik atau biaya kirim menjadi lebih murah.
"Teknologi kita bisa connecting ke machine learning yang juga bisa diintegrasikan ke sistem mereka sepanjang software statusnya adalah Open API, karena sistem kita statusnya juga Open API. Begitu juga, sistem yang kita kembangkan juga bisa diintegrasikan ke bagian finance, CRM, data warehouse den ERP lainnya," bebernya.
Dia menambahkan, sektor-sektor industri yang sangat bersemangat menerapkan teknologi hasil pengembangan Power Commerce Asia ini adalah perusahaan-perusahaan di sektor consumer goods dan tekstil dan dalam waktu dekat akan masuk dalam pipeline, perusahaan di sektor farmasi.
Andik menjelaskan, sistem ini sangat cocok untuk semua sektor industri terutama perusahaan yang produknya bersifat bulky karena bisa mendekatkan produknya ke konsumen. "Wujud apliksinya bisa menjadi quick commerce," kata dia.
"Jika titik fulfillment-nya banyak, ke depannya bisa diaplikasikan menjadi quick commerce di mana barang bisa tiba di tujuan hanya dalam beberapa menit setelah customer berbelanja," bebernya.
"Yang sekarang masuk ke pipeline kita dan sedang dalam proses adalah perusahaan teknologi IT hardware, industri fesyen dan home appliances. Di beberapa customer kita, teknologi yang diaplikasikan biasanya bertahap bergantung pada kesiapan SDM mereka, juga kesiapan ekosistemnya," imbuhnya.
Dia mengatakan, kebutuhan customer berbeda-beda pada setiap sektor industri. "Di situ kita memberikan rekomendasi sistem yang bagus untuk diterapkan, karena kita berupaya memberikan customer experience melalui channel berbeda-beda," kata Andik.
Karena sistem yang di-deploy ke setiap klien bisa berbeda dan terkustomisasi, Andik mengatakan, pihaknya menerapkan biaya berlangganan bulanan. "Ada development fee selain juga subscribe fee," ujarnya.
Yang membanggakan, kata dia, semua solusi e-commerce omni-channel and supply chain management yang ditawarkan Power Commerce Asia ke berbagai klien seluruhnya dikembangkan oleh talenta digital lokal Indonesia di tim internal Power Commerce Asia sendiri.
Perusahaannya mengelola 90-an talent lokal yang bekerja di kantor pusat di Menara 165 dengan tim IT di kawasan Mampang dengan didukung warehouse di Depok dan Surabaya serta satu kantor di Malaysia.
"Ini semua dikembangkan oleh talenta lokal Indonesia. Hanya server saja kita pakai cloud dari Amazon atau server lainnya, sesuai permintaan customer," kata Andik.
Apa urgensi bagi perusahaan menggunakan sistem seperti yang dikembangkan Power Commerce Asia ke sejumlah kliennya?
Andik menjelaskan, dunia bisnis ke depan adalah tentang big data. "Perusahaan yang memegang big data yang akan memenangi persaingan. Masalahnya, big data di perusahaan-perusahaan di Indonesia ini scattered, terserak di mana-mana dan sulit untuk baca behavior customer," kata Andik.
Proses pengambilan keputusan juga menjadi lebih cepat dan efisien serta tepat karena berbasis data-data aktual yang presisi yang oleh sistem dikumpulkan dari lapangan dan dari internal perusahaan.
"Pemimpin perusahaan tidak perlu lagi bikin keputusan-keputusan bisnis berdasarkan prediksi-prediksi dan asumsi lagi tapi bisa langsung menganalisanya dari data-data yang biss didapat perusahaan secara real time kapan saja," ungkapnya.
Benefit lainnya dari menerapkan solusi e-commerce omni-channel and supply chain management seperti dikembangkan Power Commerce Asia adalah fungsi kontrol ke semua ekosistem yang bisa dilakukan secara tepat. "Meminimalkan assumption, manajemen bisa fokus pada data riil di lapangan, economic scale customer jadi meningkat."
Andik menekankan, semua perusahaan di hampir semua sektor usaha saat ini sedang bergerak menuju digitalisasi karena tren industri global juga sedang bergerak ke sana.
"Ini adalah pelajaran dari Covid-19. Mereka akan bisa survive ketika one day terjadi hal yang sama [pandemi seperti Covid-19]. Covid-19 telah mempercepat adopsi ke digitalisasi. Perusahaan yang sudah establihed perlahan mulai shifting ke digital tapi mereka belum memiliki digital roadmap. Kita berusaha masuk ke sana."