Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Vladimir Putin menarik diri dalam kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, setelah Moskow mengklaim serangan besar-besaran pesawat tak berawak Ukraina yang menargetkan armadanya di Krimea.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengecam keputusan Rusia, dan menyebut langkah itu sebagai tindakan yang "benar-benar keterlaluan" karena dapat meningkatkan kelaparan.
"Tidak ada manfaat dari apa yang mereka lakukan. PBB merundingkan kesepakatan itu dan itu harus menjadi akhir dari itu," kata Biden kepada wartawan, yang dikutip dari Reuters.
Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berhasil menengahi kesepakatan ekspor biji-bijian dan pupuk antara Moskow dan Kyiv pada Juli, untuk meredakan krisis pangan global yang memburuk.
Baca juga: Buntut Sanksi Barat, Rusia Makin Dekat dengan Iran, Perkuat Aliansi Lewat Gandum, Drone, dan Satelit
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Ukraina menyerang Armada Laut Hitam di dekat Kota Sevastopol di Semenanjung Krimea, dengan 16 pesawat tak berawak pada Sabtu (29/10/2022) pagi, dan mengklaim angkatan laut Inggris ikut membantu mengoordinasikan serangan tersebut.
Berhentinya partisipasi Rusia dalam kesepakatan tersebut dapat memotong ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan-pelabuhan penting di Laut Hitam.
Kesepakatan itu memungkinkan pengiriman biji-bijian dari Ukraina, salah satu eksportir biji-bijian terbesar di dunia, yang telah terhenti sejak invasi Rusia dimulai.
Rusia mengatakan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah surat, pihaknya menangguhkan kesepakatan itu dalam jangka waktu yang "tidak terbatas" karena tidak dapat "menjamin keselamatan kapal sipil" yang bepergian berdasarkan pakta tersebut.
Rusia telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan pada Senin (31/10/2022) guna membahas serangan itu, ungkap Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy melalui akun Twitter-nya.
Koordinator PBB untuk pusat koordinasi kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang berbasis di Istanbul, Amir Abdullah, mengatakan lima kapal keluar dan empat kapal masuk dengan aman melewati koridor kemanusiaan.
“Ada lebih dari 10 kapal baik outbound maupun inbound menunggu untuk masuk koridor,” kata Amir Abdullah dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kapal Sewaan PBB Pertama Inisiatif Program Pangan Dunia Bawa Gandum Ukraina Berlayar ke Afrika
Sementara Inggris menyatakan tuduhan yang diberikan Rusia, termasuk keterlibatan personel angkatan laut Inggris dalam ledakan pipa Nord Stream bulan lalu, adalah palsu dan bertujuan untuk mengalihkan perhatian dunia dari kegagalan militer Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan langkah Rusia tidak masuk akal dan membutuhkan tanggapan internasional yang kuat dari PBB dan Group of Twenty (G20).
"Ini adalah upaya yang sepenuhnya transparan oleh Rusia untuk kembali ke ancaman kelaparan skala besar untuk Afrika, untuk Asia," kata Zelenskyy, menambahkan bahwa Rusia harus dikeluarkan dari G20.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina Hari ke-246: Putin Pantau Latihan Nuklir dan Peluncuran Rudal Balistik
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan Rusia menggunakan dalih palsu untuk menenggelamkan kesepakatan.
"Saya meminta semua negara untuk menuntut Rusia menghentikan permainan kelaparan dan berkomitmen kembali pada kewajibannya," kata Dmytro Kuleba.
Sedangkan dalam sebuah pernyataannya, Uni Eropa mengatakan "semua pihak harus menahan diri dari tindakan sepihak yang akan membahayakan" kesepakatan yang dapat meredam krisis pangan.