Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Total kekayaan dari crazy rich atau wanita terkaya di Asia Tenggara Wu Yajun dilaporkan tengah mengalami penyusutan drastis sebanyak dua pertiga, menjadi 4,5 miliar dolar AS selama perdagangan 2022.
Penurunan tersebut lantas membuat miliarder kondang asal China ini keluar dari daftar nominasi Bloomberg Billionaires Index, yang melacak 500 orang terkaya di dunia.
Sebelum mengalami penyusutan pendapatan, Wu Yajun yang merupakan pengusaha properti yang berbasis di Beijing memiliki total kekayaan mencapai 17 miliar pada 2021.
Wanita yang lahir pada 1964 di Chongqing China ini ternyata tidak lahir dengan kondisi ekonomi yang kaya raya. Memulai karirnya dari bawah, Wu lulusan sarjana teknik dari Northwestern Polytechnical University di Xi'an, China mengawali jenjang karirnya sebagai seorang jurnalis real estat di China Shirong News Agency selama lima tahun.
Baca juga: Sumber Kekayaan Tom Liwafa, Crazy Rich Surabaya Punya Bisnis Fesyen dan Kuliner hingga Jadi Penulis
Kecintaannya dalam dunia real estat kemudian mendorong pihaknya untuk menggeluti industri properti, dengan mendirikan Longfor Properties perusahaan pengembang real estat pertama di China.
Pada 1997, Longfor mulai menjual proyek perumahan pertamanya di Chongqing dengan harga 157 dolar AS per meter persegi. Seiring berjalannya waktu Longfor berhasil menguasai pangsa properti di China, Bloomberg mengungkapkan Longfor telah melaporkan pendapatan hingga 34,6 miliar dolar AS di 2021.
Kesuksesannya dalam mengembangkan bisnis real estat di China lantas membuat pihaknya dapat mencatatkan diri sebagai salah satu perempuan miliarder global dengan jumlah kekayaan yang fantastis.
Namun kondisi ini berubah drastis usai pemerintah China mulai menerapkan kebijakan zero Covid, dengan melakukan pembatasan wilayah yang ketat.
Imbas dari kebijakan ini seluruh sektor properti di China lantas ikut terpukul mundur, karena jumlah investor yang berinvestasi di bisnis ini menyusut.
Meski pemerintah pusat telah membantu menyuntikan dana sebesar 148 miliar dollar AS untuk membantu para pengembang properti, namun sayangnya hal tersebut tak cukup mampu mendorong kemajuan di sektor properti justru selama setahun belakangan bisnis ini melambat dan sementara harga rumah telah merosot selama 13 bulan berturut - turut pada bulan September
"Penjualan mencerminkan keraguan pasar pada kemampuan penerus dan apakah perusahaan dapat mempertahankan rencana pengembangannya di masa depan," kata Lam dari Metaverse Securities.
Baca juga: Sumber Kekayaan Tom Liwafa, Crazy Rich Surabaya Punya Bisnis Fesyen dan Kuliner hingga Jadi Penulis
Kondisi tersebut yang kemudian membuat bisnis properti Longfor mengalami kemunduran, Forbes mencatat dalam setahun ini saham perusahaan telah kehilangan 70 persen.
Imbas dari keruntuhan ini lantas mendorong Wu Yajun mundur dari kursi direktur eksekutif dan dan ketua dewan Longfor Group Holdings di tengah krisis industri China, pada hari Jumat (28/10/2022).
"Zaman keemasan properti China telah berlalu, dan langkah mengejutkan mengirim saham dan obligasi Longfor jatuh” tambah Lam.
Wu menjelaskan pengunduran diri yang dilakukan pihaknya bukan karena kebangkrutan Longfor Group melainkan akibat dari penyakit diabetes dan tiroid yang dideritanya selama bertahun-tahun. Meski begitu hengkangnya Wu makin membuat sektor properti di China kehilangan kepercayaan para investor.
Bahkan dalam tiga hari terakhir saham Longfor yang terdaftar di Hong Kong jatuh sebanyak 38 persen usai para investor kompak meninggalkan saham perdagangan Longfor.