Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Inflasi zona euro naik di atas level 10 persen pada Oktober, menyoroti parahnya krisis biaya hidup di wilayah tersebut dan menambah tekanan Bank Sentral Eropa.
Menurut data dari kantor statistik Eropa yang terbit pada Senin (31/10/2022), inflasi Oktober di zona euro mencapai 10,7 persen secara year-on-year (YoY).
Melansir dari CNBC, data inflasi Oktober menjadi yang tertinggi sejak pembentukan zona euro. Blok dengan 19 anggota ini telah menghadapi kenaikan harga yang lebih tinggi, terutama pada energi dan makanan, selama 12 bulan terakhir.
Baca juga: Jelang Pengumuman BPS, Bank Indonesia Prediksi Inflasi Oktober 2022 di Level 5,8 Persen
Peningkatan harga di wilayah tersebut semakin diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari.
Biaya energi diperkirakan memiliki kenaikan tahunan tertinggi di Oktober, sebesar 41,9 persen dari 40,7 persen di September.
Harga makanan, alkohol, dan tembakau juga naik pada Oktober, melonjak 13,1 persen dari 11,8 persen di bulan sebelumnya.
“Inflasi melonjak lagi pada Oktober dan merupakan mimpi buruk Halloween yang tepat untuk ECB,” kata analis di Pantheon Macroeconomics.
Seorang ekonom di Berenberg, Solomon Fiedler, mengatakan lonjakan inflasi yang terus berlanjut dapat meningkatkan potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa sebesar 75 basis poin pada Desember.
“Lonjakan harga konsumen yang terus berlanjut dan permintaan domestik yang masih kuat di musim panas menunjukkan risiko bahwa Bank Sentral Eropa dapat menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan Desember, daripada 50 basis poin yang kami miliki. saat ini diharapkan,” kata Solomon Fiedler.
Baca juga: Inflasi Menggila Bikin Harga Rumah di AS Meroket, Warga Pilih Menggelandang di Jalanan
Risiko resesi meningkat
Data inflasi zona Euro pada Oktober datang setelah masing-masing negara melaporkan data indeks harga konsumennya.
Di Italia, inflasi melampaui ekspektasi analis, mencapai 12,8 persen YoY.
Sementara di Prancis inflasi mencapai 7,1 persen dan Jerman melaporkan inflasi pada Oktober melonjak 11,6 persen,
Perbedaan angka-angka tersebut mencerminkan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah di setiap negara serta tingkat ketergantungan pada bahan bakar Rusia.
Namun, ada negara-negara di zona euro yang inflasinya naik lebih dari 20 persen, termasuk Estonia, Latvia, dan Lithuania.
Baca juga: Jelang Pengumuman BPS, Bank Indonesia Prediksi Inflasi Oktober 2022 di Level 5,8 Persen
Bank Sentral Eropa (ECB) yang target utamanya adalah mengendalikan inflasi, pada Kamis (27/10/2022) mengonfirmasi kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang dalam upaya untuk menurunkan inflasi.
Dalam sebuah pernyataan, ECB mengatakan telah membuat "kemajuan substansial" dalam menormalkan suku bunga di wilayah tersebut, namun pihaknya berharap "untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, untuk memastikan pengembalian inflasi tepat waktu ke target inflasi jangka menengah 2 persen.”
ECB memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk kedua kalinya berturut-turut pada pekan lalu.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan kemungkinan resesi di zona euro telah meningkat.
Data yang dirilis Senin juga menunjukkan angka produk domestik bruto (PDB) di kawasan euro pada kuartal ketiga mencapai 0,2 persen. Sementara di kuartal kedua, PDB naik 0,8 persen. Hanya Belgia, Latvia dan Austria yang mencatat tingkat PDB di bawah nol.
Sejauh ini, zona euro telah menghindari resesi, namun kawasan tersebut tidak dapat menyingkir dari perlambatan ekonomi. Beberapa ekonom memprediksi akan terjadi kontraksi PDB pada kuartal terakhir tahun ini.
Baca juga: Susul ECB, Sederet Bank Sentral Ini Lakukan Hawkish untuk Tekan Inflasi
Kepala ekonom Eropa di Capital Economics, Andrew Kenningham, mengatakan “peningkatan PDB zona euro pada kuartal ketiga tidak mengubah pandangan kami bahwa zona euro berada di puncak resesi.”
“Tetapi dengan inflasi yang melonjak hingga lebih dari 10 persen, ECB akan memprioritaskan stabilitas harga dan terus melanjutkan kenaikan suku bunga,” tambahnya.