Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Bursa saham Hong Kong, Hang Seng, memimpin kenaikan di Asia-Pasifik pada perdagangan hari ini, Senin (7/11/2022), menyusul rilisnya data perdagangan China yang jauh dari ekspektasi, menandai penurunan pertama dalam ekspor sejak Mei 2020.
Ekspor China turun 0,3 persen dan impor turun 0,7 persen, sementara jajak pendapat Reuters memperkirakan kenaikan masing-masing sebesar 4,3 persen dan 0,1 persen.
Dikutip dari CNBC, Indeks Hang Seng Hong Kong naik 2,55 persen pada jam terakhir perdagangan, dan indeks teknologi Hang Seng naik 3,88 persen.
Sementara indeks Shanghai Composite China Daratan sedikit lebih tinggi dan indeks Shenzhen Composite naik 0,232 persen.
Indeks Nikkei 225 di Jepang ditutup 1,21 persen lebih tinggi menjadi 27.527,64 dan indeks Topix naik 0,98 persen menjadi ditutup pada 1.934,09.
Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,99 persen ditutup pada 2.371,79. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 naik 0,6 persen lebih tinggi di Australia menjadi 6.933.7.
Indeks MSCI dari saham Asia pasifik di luar Jepang naik 1,3 persen.
Pejabat kesehatan China memperbarui sikapnya untuk tetap berpegang pada langkah-langkah yang ketat dalam menangani penyebaran Covid-19, sehingga mengurangi sentimen pasar setelah melihat selera risiko yang melonjak pada Jumat (4/11/2022).
Baca juga: Ekspor China Langsung Melonjak Setelah Pembatasan Covid.Dilonggarkan
Apple Inc memperkirakan pengiriman model iPhone 14 akan mengalami penurunan menyusul pengurangan produksi di pabrik China akibat penyebaran virus Covid-19.
Bursa saham AS dan Eropa naik pada perdagangan Jumat di tengah harapan Federal Reserve AS (The Fed) akan mengurangi kenaikan suku bunga di masa depan menyusul laporan data pekerjaan baru, yang menandai laju kenaikan pekerjaan paling lambat sejak Desember 2020, meskipun pertumbuhan lebih kuat dari perkiraan.
Spekulasi pembukaan kembali China menyebabkan reli di bursa saham pada pekan lalu, namun ekonom di Goldman Sachs mengatakan "itu masih beberapa bulan lagi".
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Picu Ketidakstabilan Perdagangan hingga Kegiatan Ekspor China
“Pembukaan kembali sebenarnya masih beberapa bulan lagi karena tingkat vaksinasi lansia tetap rendah dan tingkat kematian kasus tampak tinggi di antara mereka yang tidak divaksinasi berdasarkan data resmi Hong Kong,” kata ekonom yang dipimpin oleh Hui Shan, dalam sebuah laporan.
Mereka menambahkan, pemerintah China mungkin sedang mengerjakan strategi untuk keluar dari pandemi Covid-19, dan perusahaan-perusahaan berharap China dapat dibuka kembali pada kuartal kedua 2023.