News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mayoritas Saham Asia Anjlok ke Zona Merah, Terseret Aksi Jual Saham Teknologi

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mayoritas saham di bursa saham Asia kompak melemah ke zona merah imbas laporan laba yang mengecewakan dari perusahaan teknologi terbesar di Eropa, ASML.

 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Mayoritas saham di bursa saham Asia kompak melemah ke zona merah imbas laporan laba yang mengecewakan dari perusahaan teknologi terbesar di Eropa, ASML.

Menurut laporan Reuters, selama perdagangan 24 jam terakhir  Indeks saham Korea Selatan (KOSPI) yang didominasi teknologi, KOSPI, turun 0,79 persen, dengan  saham-saham chip memimpin penurunan indeks Nikkei Jepang sebesar 2,05 persen.

Penurunan serupa juga terjadi pada bursa saham Taiwan yang turun 0,92 persen, membuat indeks saham terluas Asia-Pasifik di luar Jepang amblas 0,32 persen, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,19 persen.

Mengekor yang lainnya bursa saham China seperti  Hang Seng Index juga ikut terseret turun 0,06 persen, sedangkan CSI 300 China berkurang 0,85 persen. Disusul Indeks Kospi Korea Selatan yang turun 1,22 persen, dan indeks Kosdaq yang berfokus pada saham berkapitalisasi kecil merosot 0,93 persen.

Raport merah ini di cetak saham Asia setelah perusahaan teknologi terbesar di Eropa, ASML merilis laporan laba yang lesu, meskipun ada lonjakan permintaan chip terkait AI, namun bagian lain dari pasar semikonduktor tetap lebih lemah dari perkiraan, menyebabkan kehati-hatian di kalangan pelanggan.

"Angka ASML tidak bagus dan mengindikasikan bahwa pasar chip semikonduktor di luar AI tidak sepenuhnya sehat," kata CIO di Vantage Point Asset Management di Singapura Nick Ferres.

Masalah tersebut semakin diperparah dengan permintaan barang mewah di China yang memburuk, hingga meredam optimisme terhadap China yang sempat dipicu oleh langkah-langkah stimulus.

Ekonomi China bahkan diproyeksikan tumbuh 4,8 persen pada tahun 2024, lebih rendah dari target pemerintah.

Baca juga: Dampak Konflik Iran-Israel: Bursa Asia Fluktuatif, Mata Uang Anjlok, Bitcoin Cs Kontraksi

Serangkaian masalah ini yang membuat investor dilanda kekhawatiran hingga kompak melakukan wait and see, membuat mayoritas saham Asia mencatatkan penurunan tajam di perdagangan Rabu (16/10/2024).

Wall Street Terseret Anjlok

Tak jauh beda dengan saham Asia, mayoritas saham AS di bursa Wall Street mencatatkan penurunan. Diantaranya Dow Jones Industrial Average turun 324,80 poin atau 0,75 persen menjadi 42.740,42, setelah sempat mencapai rekor intraday.

Diikuti pelemahan S&P 500 sebesar 0,76 persen ke posisi 5.815,26 dan Nasdaq Composite jatuh 1,01 persen ke level 18.315,59 karena pelaku pasar waswas terhadap kinerja sejumlah perusahaan global yang mengecewakan.

Baca juga: Cegah Kebangkrutan, Boeing Galang Pendanaan 25 Miliar Dolar AS Melalui Obral Saham dan Utang Bank

Meski saham AS kompak berguguran di penutupan pasar kali ini, namun sekitar 40 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasil keuangan kuartal III-2024 dengan 80 persen diantaranya melampaui ekspektasi analis, menurut data dari FactSet.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini