"Kami masih berencana untuk meningkatkan produksi migas sekitar 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD pada tahun 2030 khusus untuk penggunaan dalam negeri, mengingat potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar. Kita memiliki 68 potensi cekungan yang belum dieksplorasi dan cadangan terbukti minyak sebesar 2,4 miliar bbl, sedangkan cadangan gas terbukti sekitar 43 TCF," tambanhya.
Masih kata Arifin, Pemerintah menyadari bahwa kegiatan hulu migas di Indonesia saat ini sangat menantang, terutama dari segi biaya. Biaya eksplorasi, pengembangan, produksi, dan akses ke sumber daya meningkat. Dengan demikian, Indonesia membutuhkan investasi yang lebih besar untuk memacu tambahan produksi migas nasional.
Oleh karena itu untuk mendorong lebih banyak investasi hulu di Indonesia, Pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan terobosan, melalui fleksibilitas kontrak (PSC Cost Recovery atau Gross Split PSC), perbaikan term & condition pada bid round, insentif fiskal/non-fiskal, perizinan on-line pengajuan dan penyesuaian regulasi untuk inkonvensional.
"Selanjutnya untuk menarik investasi kita akan merevisi undang-undang migas tahun 2021 dengan memberikan seperti perbaikan termin fiskal, asumsi dan pelepasan, kemudahan berusaha, dan kepastian kontrak. Selain itu, pemerintah siap membuka dialog dengan operator dan investor untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif dan meningkatkan keekonomian proyek," katanya.
"Saya percaya, industri minyak dan gas dapat mengatasi semua tantangan dengan menerapkan semua teknologi yang selanjutnya dapat membantu kita mengurangi emisi gas rumah kaca menuju Net Zero Emissions," ujarnya.
Caption: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dalam Konvensi Internasional ke-3 tentang Hulu Minyak dan Gas Indonesia 2022, Bali, Rabu (23/11/2022). (foto dok SKK Migas)