News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat Ekonomi Lingkungan: Green Industry Cluster Penting untuk Dorong Dekarbonisasi

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PLTS Atap untuk penerangan jalan tol di ruas tol Bali Mandara di kawasan Nusa Dua, Bali. Pertamina Power Indonesia bekerja sama dengan PT Jababeka Infrastruktur melakukan pemasangan panel untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Laporan Wartawan Malvyandie Malvyandie 
 

 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi lingkungan IPB University Aceng Hidayat menilai positif upaya Pertamina mengembangkan kawasan industri hijau atau green industry cluster.

Menurut Aceng, kawasan industri hijau memiliki peran penting dalam mendorong dekarbonisasi.

“Itu bagus, karena kesadaran dari pihak industri untuk mengurangi high emison (tinggi karbon) dengan cara perbaikan proses sehingga menghasilkan rendah emisi (low emision) karbon. Kita sambut baik hal tersebut,” tegas Aceng kepada wartawan hari ini (23/11/2022).

Aceng menjelaskan, banyak faktor yang mempengaruhi emisi karbon pada kawasan industri.  Salah satu faktor adalah input.

“Jika inputnya menggunakan bahan boros energi maka akan menghasilkan karbon yang tinggi. Begitu pula sebaliknya,” kata Aceng.

Faktor lain adalah proses. Jika prosesnya menggunakan teknologi ramah lingkungan, maka otomatis akan menghasilkan output yang juga ramah lingkungan dan rendah karbon.

Aceng mencontohkan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Menurut Aceng, pemakaian PLTS pada kawasan industri merupakan salah satu langkah untuk mengurangi karbon.

“Karena input-nya yaitu tenaga surya, kemudian diproses dan simpan dalam suatu baterai lalu digunakan. Selain itu, prosesnya juga ramah lingkungan. Jadi penggunaan PLTS termasuk salah satu langkah pengurangan emisi karbon,” jelas Aceng.

Baca juga: Kejar Target 23 Persen Bauran EBT, PLTS Atap Sektor Komersial dan Industri Dikebut

Menurut Aceng, penggunaan PLTS berbeda dengan batubara, dimana input-nya memang mengandung karbon. Dalam hal ini, harus melalui proses penghilangan karbon sebanyak mungkin.

“Jadi input-nya kotor, lalu melalui proses pembersihan, baru bisa menghasilkan energi bersih. Ini berbeda dengan matahari, yang inputnya sendiri sudah bersih lalu diproses dan bisa menghasilkan energi terbarukan (EBT),” terang Aceng.

Baca juga: Penggunaan PLTS Atap Makin Diminati Pelaku Usaha Industri di Indonesia

Pertamina sendiri, saat ini memang berperan dalam pengembangan kawasan industri hijau atau _green industry cluster.

Upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk komitmen Pertamina terhadap Peta Jalan Net Zero Emission (NZE) dalam mencapai target nol emisi karbon pada 2060.

Salah satunya, ketika Pertamina melalui Pertamina Power Indonesia bekerja sama dengan PT Jababeka Infrastruktur melakukan pengembangan kawasan industri hijau Jababeka.

Tahap awal yang dilakukan adalah melalui pemasangan panel untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Baca juga: Tarif Listrik Naik, PLTS Atap Jadi Makin Menarik Digunakan

Kawasan Industri Jababeka adalah kompleks industri untuk manufaktur dan operasi lain. Di dalamnya terdapat lebih dari 2.000 perusahaan dari 30 negara.

Klaster industri baru ini membawa pendekatan multi-pemangku kepentingan yang terkoordinasi untuk mencapai dekarbonisasi industri.

Beberapa perusahaan yang berkolaborasi menciptakan klaster net zero pertama di Asia Tenggara tersebut, antara lain Hitachi, Unilever, dan L'Oréal. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini