Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manulife Investment Management (MIM) melihat mayoritas keuangan masyarakat Indonesia belum siap menghadapi masa pensiun.
Kesiapan pensiun dapat dihitung melalui berapa uang atau aset yang orang itu miliki saat ini, dan kebutuhannya.
Head of Retirement Proposition, Strategy & Transformation, Asia Retirement Manulife Investment Management Elvin Tharm mengatakan, kalau mengacu dua hal itu maka ukuran idealnya, rata-rata orang Indonesia belum siap dari sisi finansial ketika masuk usia pensiun.
"Pertanyaan apakah orang Indonesia itu siap untuk pensiun? Nah jawabannya belum tentu siap, kenapa? Kalau kita lihat, dibutuhkan sekira 90 persen dari pendapatan saat ini pada waktu usia pensiun itu, agar mereka bisa berada di level nyaman di masa pensiun," ujarnya dalam acara "Peluncuran Serial Diverse Asia", Kamis (15/12/2022).
Baca juga: Agar Masa Pensiun Tenang, 5 Ide Bisnis Ini Bisa Jadi Pendapatan Pasif
Jadi, ini membuktikan bahwa orang Indonesia itu mungkin tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk masa pensiun.
Bahkan, data dari responden itu juga ungkapkan mengenai berapa banyak biaya bulanan yang mereka perkirakan, dan investasikan.
"Ternyata mereka itu dikatakan lebih dari 90 persen kurang lebih yang harus di-saving (tabung), supaya pada waktu masa mereka pensiun bisa merasakan nyaman. Kita lihat untuk datanya itu perkiraannya ketika pendapatan Rp 18,45 juta, maka yang harus di-saving sekira Rp 16,5 juta atau kurang lebih 90 persen," kata Elvin.
Dari ekspektasi dan juga realita tersebut, ternyata membuktikan bahwa orang Indonesia mungkin tidak memiliki pendapatan untuk masa pensiun yang cukup, sehingga minimal harus berinvestasi meski belum tentu cukup.
"Tabungan dan investasi kemungkinan tidak cukup memenuhi gaya hidup pensiun orang Indonesia, ini jadi pertanyaan penting untuk direfleksikan kepada diri sendiri. Disarankan saat masuk usia pensiun tidak langsung menarik semua uang atau aset karena tidak akan dapat keuntungan bunga majemuk atau compound interest, dan perhatikan tren makro inflasi tinggi agar bisa mengelola investasi kita lebih cerdas," pungkasnya.