Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, ACCRA – Pemerintah Ghana pada Senin (19/12/2022) memutuskan untuk menangguhkan pembayaran sebagian besar utang luar negerinya karena krisis ekonomi yang melanda negara itu semakin memburuk.
Kementerian keuangan Ghana mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melunasi utang termasuk Eurobonds, pinjaman komersial dan sebagian besar pinjaman bilateral, menyebut keputusan itu sebagai langkah darurat sementara.
“Pemerintah siap untuk terlibat dalam diskusi dengan semua kreditor eksternal untuk menangguhkan sementara utang Ghana,” kata kementerian keuangan negara itu.
Baca juga: Perdana Menteri Rishi Sunak Janji Bawa Inggris Keluar dari Krisis Ekonomi
Akibat krisis ekonomi tersebut, Ghana telah menjalin komunikasi hingga akhirnya mencapai kesepakatan dengan IMF untuk memperoleh dana pinjaman sebesar 3 miliar dolar As.
Ghana juga telah mengumumkan program pertukaran utang dalam negeri dan mengatakan bahwa restrukturisasi eksternal sedang dinegosiasikan dengan kreditur.
Dikutip dari Reuters, Ghana telah mengalami apa yang dikatakan beberapa orang sebagai krisis ekonomi terburuk dalam satu generasi.
Menurut sebuah laporan, negara itu memiliki defisit neraca pembayaran lebih dari 3,4 miliar dolar AS pada September, turun dari surplus 1,6 miliar dolar AS pada waktu yang sama tahun lalu.
Bulan lalu, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa melakukan aksi protes di ibukota Accra, menyerukan pengunduran diri presiden dan mencela kesepakatan dengan IMF karena harga bahan bakar dan makanan melonjak.
Baca juga: Uni Eropa Hadapi Krisis Ekonomi, Warga Kurangi Pengeluaran Kebutuhan Pokok
Lantas, Pemerintah Ghana mengatakan bahwa penangguhan tidak akan mencakup pembayaran utang multilateral, utang baru yang diambil setelah 19 Desember atau utang terkait fasilitas perdagangan jangka pendek tertentu.