Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank Dunia Selasa (10/1/2023) kemarin telah merilis laporan tahunannya sembari memperingatkan bahwa ekonomi global kian mendekati resesi tahun 2023 ini.
Menurut World Ban, resesi yang akan terjadi di tahun ini didorong oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China.
Dalam laporannya tahunannya, lembaga keuangan tersebut juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi hanya 1,7 persen, dari proyeksi sebelumnya sebesar 3 persen.
Jika prediksi itu terbukti akurat, itu akan menjadi ekspansi tahunan terlemah ketiga dalam tiga dekade, setelah resesi mendalam akibat krisis keuangan global 2008 dan pandemi pada 2020.
Meskipun akan terhindar dari resesi tahun ini, World Bank mengatakan bahwa Amerika Serikat masih akan rentan terhadap gangguan rantai pasokan lebih lanjut jika Covid-19 terus melonjak atau perang di Ukraina semakin memburuk.
“Eropa yang telah lama menjadi eksportir utama ke China, kemungkinan akan menderita akibat ekonomi China yang melemah,” sebut World Bank.
World Bank juga mencatat bahwa kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan Eropa akan menghisap modal investasi dari negara-negara miskin, sehingga merampas investasi domestik penting mereka.
Baca juga: PHK Besar-besaran Amazon Menumbuhkan Ketakutan akan Resesi
“Tingginya suku bunga akan memperlambat pertumbuhan di negara-negara maju pada saat invasi Rusia ke Ukraina membuat harga pangan dunia melambung,” kata bank dunia, mengutip Reuters.
Dampak dari melemahnya ekonomi global akan sangat terasa pada negara-negara miskin di Afrika, di mana bank dunia memperkirakan pendapatan per kapita hanya akan tumbuh 1,2 persen di tahun ini dan tahun depan.
Baca juga: Alan Greenspan: AS Tak Bisa Hindari Resesi Jika The Fed Terus Ambil Langkah Hawkish
Pertumbuhan yang begitu lambat sehingga tingkat kemiskinan dapat meningkat.
IMF Ramal Ekonomi Global Memburuk
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatkan bahwa ekonomi global akan berkontraksi tahun ini.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada saat itu mengatakan sepertiga negara-negara di dunia akan jatuh ke dalam resesi tahun ini.
“Untuk sebagian besar perekonomian dunia, ini akan menjadi tahun yang berat, lebih berat dari tahun yang kita tinggalkan,” kata Georgieva.
"Mengapa? Karena tiga ekonomi besar, AS, Uni Eropa dan China, semuanya melambat secara bersamaan,” ujarnya.
Pada Oktober 2022, IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini.
Hal tersebut mencerminkan hambatan yang terus berlanjut dari perang di Ukraina serta tekanan inflasi dan suku bunga tinggi dari bank sentral di beberapa negara seperti Federal Reserve AS (The Fed), yang bertujuan untuk melawan inflasi yang tinggi.