Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Inflasi Amerika Serikat pada Desember 2022 membukukan penurunan bulanan terbesar sejak awal pandemi COVID-19.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/1/2023) indeks harga konsumen (CPI) turun 0,1 persen pada Desember, yang sejalan dengan perkiraan Dow Jones.
Ini juga menjadi penurunan bulanan terbesar sejak April 2020, saat AS menghadapi lockdown untuk memerangi COVID-19.
Baca juga: Pakar Nilai Perppu Cipta Kerja Mampu Dukung Mitigasi Dampak Resesi Global
Dikutip dari CNBC, CPI AS untuk Desember mencapai 6,5 persen, yang menyoroti beban berkelanjutan dari dampak kenaikan biaya hidup pada konsumen rumah tangga AS. Namun, CPI Desember menjadi kenaikan tahunan terkecil sejak Oktober 2021.
CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, naik 0,3 persen, yang juga sejalan dengan ekspektasi analis.
Penurunan CPI AS pada Desember didorong oleh merosotnya harga bensin, yang anjlok 9,4 persen untuk bulan ini dan turun 1,5 persen dari tahun lalu setelah melonjak melewati 5 dolar AS per galon pada pertengahan 2022.
Bahan bakar minyak yang harganya turun 16,6 persen untuk bulan ini, juga berkontribusi terhadap penurunan total indeks energi sebesar 4,5 persen.
Harga makanan naik 0,3 persen di Desember, sementara biaya tempat tinggal juga melihat kenaikan tajam sebesar 0,8 persen untuk Desember dan 7,5 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Harga kendaraan bekas turun 2,5 persen untuk Desember dan merosot 8,8 persen secara year-on-year. Biaya layanan perawatan medis meningkat 0,1 persen setelah turun selama dua bulan berturut-turut, sedangkan harga pakaian naik 0,5 persen.
Biaya layanan transportasi naik 0,2 persen dan 14,6 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Namun, tarif penerbangan turun 3,1 persen pada Desember meski masih naik 28,5 persen dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Resesi di Depan Mata, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 1,7 Persen di 2023
Data inflasi AS untuk Desember masih jauh di atas target 2 persen Federal Reserve (The Fed), namun secara konsisten mengalami perlambatan.
"Inflasi cepat moderat. Jelas, masih sangat tinggi, tetapi dengan cepat bergerak ke arah yang benar," kata kepala ekonom di perusahaan keuangan Moody's Analytics, Mark Zandi.
"Saya tidak melihat apa-apa selain kabar baik dalam laporan kecuali untuk angka teratas: 6,5 persen terlalu tinggi," tambahnya.
CPI adalah pengukur inflasi yang paling diawasi ketat karena memperhitungkan pergerakan dalam segala hal mulai dari harga bensin, harga telur, dan biaya tiket pesawat.
Baca juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani: Waspada Resesi, 63 Negara Sudah Kelilit Utang