Ketiga, persoalan kultur ataupun budaya.
"Maaf, TKA China, kalau memerintah itu pakai kaki. Nunjuk-nunjuk gitu. Ketika pekerja lokal makan, itu dia main tendang kaki saja. Itu [bikin pekerja] marah sekali, teman-teman tahu suku kita agak berbeda karakternya juga," ujarnya.
"Seperti suku bugis, atau suku-suku di sekitar yang datang bekerja di Morowali, termasuk suku-suku asli. Mereka marah sekali. Tapi ga bisa berbuat apa-apa, karena sudah terjadi," ujarnya.
Faktor lain yang memicu permasalahan besar di PT GNI kemarin, yakni management head office dari pusat yang selalu menghindar ketika diajak berunding.
"Diajak berunding selalu menghindar. Itu lah yang mengakibatkan tanggal 14 Januari sebelum kerusuhan pada 15 Januari, perundingan itu gagal hanya karena persoalan Rp75 ribu. Kan harusnya bisa dilanjutkan," ujar Said Iqbal.
Faktor yang memicu, atau trigger-nya adalah dua buruh meninggal akibat kelalaian.
"Ketika mereka berdemonstrasi, kemudian diserang oleh TKA Cina, di informasi yang kami terima diserang, dibubarkan. Malamnya, mereka marah, sudah lah temannya mati kenapa mau aksi diserang?"
"Maka informasi yang kami dapat, masyarakat berbondong-bondong datang kemudian mereka melakukan perlawanan "menuntut hak-hak mereka sebagai masyarakat ada juga hak-hak Buruh". Itulah dasarnya, jadi kita tempatkan dulu persoalannya," ujarnya.
PT GNI Lakukan Investigasi
Terkait rusuh pekerja yang terjadi di lingkungan pabrik smelter di Morowali Utara, manajemen PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) akan melakukan investigasi secara menyeluruh.
Head of Human Resources and General Affairs PT GNI Muknis Basri Assegaf mengatakan, kerusuhan tersebut mengakibatkan 2 korban jiwa dan membuat aktivitas perusahaan terhenti.
“Kami sangat menyayangkan insiden tersebut, pihak perusahaan akan berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk melakukan investigasi atas terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini bukan saja merugikan perusahaan dan karyawan karena operasional pabrik harus terhenti, tapi juga merugikan masyarakat sekitar kawasan Industri,” ujar dia melalui keterangan resmi, Senin (16/1/2023).
Muknis mengungkapkan, pada hari Minggu, 15 Januari 2023, telah dilakukan pertemuan yang dihadiri Direktur Intelkam Polda Sulteng dan Sekda Morut Musda Guntur yang didampingi Kapolres Morut dan Dandim Morowali dan Morowali Utara.
“Dalam pertemuan tersebut, semua pihak menyayangkan kejadian yang menimbulkan kerusakan dan merugikan banyak pihak, baik perusahaan, karyawan hingga warga sekitar pabrik yang terdampak aktivitas hariannya,” katanya.