Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, AMSTERDAM – Perusahaan teknologi kesehatan Philips mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan memangkas 13 persen atau sekitar 6.000 karyawan, Senin (30/1/2023).
Chief Executive Officer Philips Roy Jakobs seperti dikutip Reuters, mengatakan, pemecatan 3.000 karyawan akan dilakukan selama tahun 2023 dimulai awal pekan ini.
Sementara sisanya akan direalisasikan Philips di 2025.
“Kami telah bekerja sangat keras intervensi perlu diperlukan untuk membantu kami menjadi kompetitif dan ramping dalam cara kami maju di pasar.” ujar Jakobs dalam keterangan resminya.
Langkah tersebut diambil untuk memulihkan profitabilitas perusahaan yang sempat mengalami kemunduran pasar sebesar 70 persen, usai tahun lalu produk ventilator dan alat bantu pernapasan buatan Philips ditarik peredarannya dari pasar global.
Lantaran mesin produk tersebut memicu timbulnya zat berbahaya yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker.
Kondisi ini yang kemudian membuat kepercayaan pelanggan Philips memudar, imbas dari masalah tersebut perusahaan asal Belanda itu membukukan pembengkakan kerugian yang mencapai 1,605 miliar euro atau atau sekitar Rp 26,1 triliun selama tahun lalu.
"Apa yang kami lakukan hari ini merupakan rencana terbaik untuk menyelamatkan masa depan Philips. Tantangan kami memang sangat berat tapi kami berupaya untuk menangani masalah ini dengan serius," jelas Jakobs.
Sebelum merambah di dunia kesehatan, Philips awalnya merupakan perusahaan pencahayaan yang terkenal akan produksi lampu hemat energi atau kerap disebut LED.
Baca juga: OLX Autos Indonesia Akui PHK Ratusan Karyawan, Ini Alasannya
Namun demi memperluas pasar, Philips selama beberapa tahun terakhir mulai melebarkan sayap dan fokus menjual produk perawatan kesehatan elektronik kelas atas.
Sinyal PHK ini sebelumnya telah di gembar – gemborkan perusahaan sejak Oktober lalu, dalam beberapa kesempatan sang CEO mengungkap bahwa perusahaannya akan melakukan reorganisasi dengan memangkas 5 persen atau seita 4.000 pekerja.
Baca juga: Gelombang PHK di Perusahaan AS Berlanjut, Giliran IBM Pecat 3.900 Karyawan
Namun karena kerugian Philips akibat krisis pasar global makin membengkak, membuat perusahaan kondang asal Belanda ini terpaksa menambah jumlah karyawan yang akan di PHK guna mengurangi biaya operasional.