News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inflasi AS Sentuh 6,4 Persen di Januari 2023, Lebih Tinggi dari Ekspektasi Analis

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berbelanja di sebuah toko groseri di Amerika Serikat. Laju Inflasi Amerika Serikat berbalik lebih tinggi pada Januari 2023 ini karena kenaikan harga tempat tinggal, gas dan bahan bakar telah berdampak pada konsumen.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Laju Inflasi Amerika Serikat berbalik lebih tinggi pada Januari, karena kenaikan harga tempat tinggal, gas dan bahan bakar telah berdampak pada konsumen.

Dilansir dari CNBC, indeks harga konsumen (CPI) AS naik 0,5 persen pada Januari, sedangkan dalam tingkat tahunan naik 6,4 persen, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja, Selasa (14/2/2023).

Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan kenaikan masing-masing sebesar 0,4 persen dan 6,2 persen.

Bursa saham AS bergejolak setelah rilis data inflasi, dengan Dow Jones Industrial Average turun sekitar 200 poin dan menuju lebih rendah.

Meningkatnya biaya tempat tinggal menyumbang sekitar setengah dari kenaikan bulanan, kata Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) dalam laporan itu. Komponen tersebut menyumbang lebih dari sepertiga untuk CPI dan naik 0,7 persen pada Januari dan naik 7,9 persen dari tahun lalu.

Energi juga menjadi kontributor yang signifikan, masing-masing naik 2 persen secara bulanan dan 8,7 persen secara tahunan, sementara biaya makanan naik masing-masing 0,5 persen dan 10,1 persen.

Naiknya harga berarti hilangnya gaji riil bagi para pekerja. Penghasilan per jam rata-rata turun 0,2 persen untuk Januari dan turun 1,8 persen dari tahun lalu, menurut laporan BLS terpisah yang menyesuaikan tingkat upah dengan inflasi.

Sementara kenaikan harga telah mereda dalam beberapa bulan terakhir, data Januari menunjukkan inflasi masih menjadi kekuatan ekonomi AS yang terancam tergelincir ke dalam resesi tahun ini.

Baca juga: Redam Inflasi AS, The Fed Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Hal itu terjadi di tengah upaya Federal Reserve AS (The Fed) untuk mengekang laju inflasi yang melonjak. Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga acuannya delapan kali sejak Maret 2022 karena inflasi naik ke level tertinggi dalam 41 tahun pada musim panas lalu.

“Inflasi mereda tetapi jalan menuju inflasi yang lebih rendah sepertinya tidak akan mulus,” kata kepala ekonom di LPL Financial, Jeffrey Roach.

“The Fed tidak akan membuat keputusan hanya berdasarkan satu laporan tetapi jelas risikonya meningkat bahwa inflasi tidak akan cukup cepat dingin sesuai dengan keinginan Fed,” sambungnya.

Baca juga: The Fed Diperkirakan akan Naikkan Suku Bunga Seperempat Poin untuk Dinginkan Inflasi AS

Dalam beberapa hari terakhir, Ketua The Fed Jerome Powell telah berbicara mengenai kekuatan “disinflasi” yang sedang dimainkan, tetapi data CPI Januari menunjukkan bank sentral mungkin masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan.

Namun, ada beberapa kabar baik dalam laporan itu. Layanan perawatan medis turun 0,7 persen, tarif penerbangan turun 2,1 persen dan harga kendaraan bekas turun 1,9 persen. 

Sementara harga telur naik 8,5 persen dan secara mengejutkan naik 70,1 persen selama setahun terakhir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini