News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Persaingan Ketat, Bisnis Coworking Space Mengalami Tekanan

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Bisnis coworking space (tempat kerja bersama) saat ini disebut sedang dalam kondisi tertekan.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis coworking space (tempat kerja bersama) saat ini disebut sedang dalam kondisi tertekan.

Hal itu disebabkan oleh para pebisnis coworking space yang sebelum pandemi secara masif melakukan ekspansi, sekarang sulit mendapatkan penyewa.

Associate Director Occupier Strategy & Solutions Knight Frank Indonesia Andi Rina Martianti mengungkap alasan lainnya juga datang dari pemilik gedung perkantoran juga sudah mulai membangun fasilitas serupa.

"Kondisi coworking space saat ini memang prospeknya agak tertekan dikarenakan sebelum covid, co working space operator baik yang lokal maupun yang multinasional, mereka berusaha ekspansi sebanyak mungkin," katanya dalam konferensi pers daring bertajuk Jakarta Property Highlight H2 2022, Kamis (23/2/2023).

Baca juga: Lebih Fleksibel dan Menambah Relasi, Ini Manfaat Bekerja di Coworking Space

"Jadi, dari kompetisi itu mereka juga mungkin sudah susah untuk mendapatkan tenant (penyewa). Lalu, para pemilik gedung sekarang juga berusaha untuk memberikan fasilitas coworking space," ujar Rani melanjutkan.

Fasilitas coworking space yang dibangun oleh pemilik gedung rata-rata berada di satu lantai, kemudian ada ruangan-ruangan kecil yang dipergunakan untuk ruang rapat.

Kemudian, minimnya penyewa juga disebabkan oleh mereka yang khawatir akan keamanan dari bekerja di sebuah fasilitas bersama.

"Lalu, setelah pandemi covid, kondisi coworking space juga tidak membaik dikarenakan ada beberapa yang merasa kalau misalnya berkantor bersama orang lain, tidak bisa melacak mereka dari mana gitu ya. Itu akan sangat sulit," ujar Rani.

Ia pun turut menyinggung mengenai PT Evi Asia Tenggara, badan hukum yang menjalankan startup co-working Indonesia CoHive, dinyatakan pailit.

"Kita juga tahu ya, ada yang telah dinyatakan pailit. Menurut saya, salah satunya karena terlalu ekspansif," kata Rani.

Sebagai informasi, dikutip dari Kompas.com, PT Evi Asia Tenggara, badan hukum yang menjalankan startup co-working Indonesia CoHive telah dinyatakan pailit oleh pengadilan negeri Jakarta Pusat pada 18 Januari 2023.

Desas-desus terkait masalah yang terjadi di CoHive telah terendus sejak Oktober 2022 lalu. Pun, CEO CoHive Chris Angkasa yang masuk perusahaan itu pada Desember 2020 telah meninggalkan perusahan pada September 2022.

CoHive melalui laman perusahaan menuliskan pesan perpisahan. Kondisi perusahaan dipengaruhi oleh pendemi yang berkepanjangan, situasi pasokan kantor, dan lingkungan penggalangan dana yang menantang.

CoHive sendiri menyebut pihaknya telah mencari solusi, tetapi kondisi membuat perusahaan tidak dapat bertahan lebih lama.

"Bisnis kami telah berhenti, beberapa lokasi kami telah diambil alih oleh tuan tanah, terutama CoHive 101, stand terakhir kami," tulis mereka dalam pesan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini