Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, ZURICH - Saham perusahaan investment banking dan jasa keuangan global Credit Suisse merosot hingga 30 persen pada perdagangan Rabu (15/3/2023).
Penurunan itu terjadi setelah pemegang saham terbesarnya mengatakan tidak dapat memberikan dukungan lebih lanjut, sehingga mendorong CEO bank asal Swiss itu membuat jaminan baru atas kekuatan keuangannya.
Dikutip dari Reuters, Saudi National Bank (SNB), yang memegang 9,88 persen saham Credit Suisse, mengatakan tidak akan membeli lebih banyak saham karena alasan regulasi.
Saham Credit Suisse, yang berjuang untuk pulih dari serangkaian skandal yang telah merusak kepercayaan investor dan kliennya, turun sekitar 17 persen pada perdagangan Rabu sore, setelah merosot ke rekor terendah baru sebesar 30 persen.
Sebagai tanda bahwa otoritas pengawas memantau perkembangan penurunan saham itu, pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) menghubungi pemberi pinjaman yang diawasinya untuk menanyakan tentang eksposur keuangan ke Credit Suisse, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.
Sementara itu, penurunan nilai pasar Credit Suisse juga mendorong tindakan dari beberapa politisi, dengan Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengatakan Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire akan segera mengadakan pembicaraan dengan menteri keuangan Swiss.
CEO Credit Suisse Ulrich Koerner bergerak untuk menenangkan keadaan, dengan mengatakan basis likuiditas bank tetap kuat dan jauh di atas semua persyaratan peraturan. Koerner mengatakan pada awal minggu ini, rasio cakupan likuiditas Credit Suisse rata-rata 150 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Swiss National Bank menolak mengomentari jatuhnya saham Credit Suisse.
Baca juga: Buntut Keruntuhan Silicon Valley Bank, The Fed Gelar Penyelidikan Internal
Credit Suisse menerbitkan laporan tahunannya untuk 2022 pada Selasa (14/3/2023). Bank itu mengatakan telah mengidentifikasi "kelemahan material" dalam kontrol atas pelaporan keuangan dan belum membendung arus keluar pelanggan.
Bank terbesar kedua di Swiss ini mengalami peningkatan arus keluar pelanggan pada kuartal keempat tahun lalu menjadi lebih dari 110 miliar franc Swiss atau sekitar 120 miliar dolar AS.
Analis di perusahaan riset ekuitas Exane mengatakan mereka melihat bailout oleh Swiss National Bank dan regulator keuangan SWISS Finma, sebagai "skenario yang paling mungkin" dihadapi Credit Suisse.
Baca juga: Saham Anjlok 30 Persen, Credit Suisse Pinjam Dana 54 Miliar Dolar AS dari Bank Nasional Swiss
Mereka juga memperkirakan kemungkinan Saudi National Bank akan merubah keputusannya. SNB diketahui menaikkan sahamnya di Credit Suisse pada tahun lalu sebagai bagian dari peningkatan modal untuk meningkatkan kekuatan keuangannya.
"Kami tidak bisa karena kami akan melampaui 10 persen. Ini masalah regulasi," kata Ketua SNB, Ammar Al Khudairy.
Baca juga: PHK Berlanjut, Credit Suisse Pangkas 40 Persen Staf Keuangan di Cabang China
Anjloknya harga saham Credit Suisse telah memicu kembali kegelisahan di kalangan investor tentang ketahanan sistem perbankan global setelah jatuhnya Silicon Valley Bank pada pekan lalu.
"Harus ada semacam tindakan tegas yang mengubah permainan untuk membalikkan dan menstabilkan situasi," ujar analis Exane.
Saham-saham bank Eropa mengalami penurunan pada perdagangan Rabu, dengan pemberi pinjaman Prancis Societe Generale turun 12 persen, dan BNP Paribas turun 9 persen.
CEO saingan Credit Suisse, UBS, Ralph Hamers dalam konferensi Morgan Stanley pada Rabu, mengatakan UBS mendapat manfaat dari gejolak pasar yang terjadi baru-baru ini dan melihat arus masuk uang.
"Dalam beberapa hari terakhir seperti yang Anda perkirakan, kami telah melihat arus masuk," kata Hamers.
"Ini jelas merupakan penerbangan menuju keselamatan dari perspektif itu, tapi menurut saya tiga hari tidak menjadi tren," lanjutnya.