News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Silicon Valley Bank Bangkrut

Silicon Valley Bank Kolaps, Uang Investor Disebut Beralih ke Obligasi hingga Kripto

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Silicon Valley Bank

Reza menilai market saat ini yakin bahwa agresivitas The Fed akan lebih melunak dalam pengambilan keputusan suku bunga.

Selain itu, The Fed akan menganalisa kondisi perbankan di Amerika Serikat (AS) akan eksposur perbankan pada US Treasury, kecukupan modal, besaran deposan dan tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank kepada Deposan.

Sejak kejadian SVB, yield US Treasury benchmark 10 tahun memang terpantau mengalami penurunan sekitar 50 basis poin (bps) dari level 3.9 persen menjadi 3.4 persen. Sementara, yield Surat Utang Negara (SUN) sempat mengalami penurunan sebesar 20-30 bps dari level 7.00 persen ke level 6.77%.

"Kami melihat langkah The Fed yang lebih lunak akan kebijakan tingkat suku bunganya, maka investor asing berpotensi untuk kembali berinvestasi pada negara-negara emerging market (EM), termasuk Indonesia," jelas Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (21/3).

Sebagai informasi, Federal Reserve (The Fed) telah resmi menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% ke level 4,75% - 5% pada pertemuan FOMC, Rabu (22/3).

Reza menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi karena fundamental ekonomi Indonesia yang menuju arah lebih baik. Selain itu, nilai tukar rupiah relatif stabil dan tingkat suku bunga yang masih menarik di level 5,75%.

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro melihat adanya penambahan dana asing ke pasar SBN salah satunya terdorong oleh efek dari runtuhnya Silicon Valley Bank. Isu SVB membuat investor juga cenderung mengalihkan dananya dari pasar saham domestik ke pasar SBN.

Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Ada Dampak Psikologis ke Indonesia, Tapi Cuma Sebentar

Kolapsnya SVB ini telah meningkatkan persepsi pasar bahwa kebijakan agresif dalam menaikkan Fed Funds Rate (FFR) bakal direm oleh The Fed. Dimana sebelum munculnya kasus SVB, Gubernur The Fed menyampaikan pernyataan bernada hawkish.

"Inilah yang membuat pasar obligasi mendapat manfaat positif, sehingga yield turun," kata Nico kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Menurut Nico, pasar obligasi berpotensi besar terus dilirik investor asing. Hal itu karena real yield Indonesia dinilai masih sangat atraktif dibandingkan negara regional lainnya.

Sebagai gambaran, jika melihat tingkat yield SUN tenor 10 tahun saat ini yang berkisar 6,68%, lalu dikurangi dengan tingkat inflasi sebesar 5,47%, maka real yield Indonesia berada di level 1,21%. Apabila dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand, real yield kedua negara tersebut hanya sebesar 0,24% dan minus 1,34%.

Nico berpandangan bahwa aliran dana asing akan lebih deras lagi masuk ke pasar SBN saat The Fed mengindikasikan kenaikan suku bunga lebih dovish. Hal ini akan mendorong tingginya minat investor asing terhadap pasar surat utang negara Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini