Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang diperkirakan dapat menghadapi kekurangan lebih dari 11 juta pekerja pada 2040. Hal ini menggarisbawahi tantangan ekonomi yang dihadapi Negeri Matahari Terbit karena populasinya menua dengan cepat.
Dikutip dari Bloomberg, populasi usia kerja Jepang diproyeksikan menurun tajam mulai 2027, menurut laporan oleh lembaga think-tank Recruit Works Institute, yang diterbitkan Selasa (28/3/2023).
Pasokan pekerja diperkirakan menyusut sekitar 12 persen pada 2040, bahkan ketika permintaan tenaga kerja tetap stabil, kata laporan itu.
Baca juga: Dunia Industri Kesulitan Mendapatkan Tenaga Kerja yang Memiliki Kompetensi
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menjadikan penurunan angka kelahiran di Jepang sebagai prioritas bagi pemerintahnya. Kishida memperingatkan, adanya ancaman keruntuhan masyarakat karena jumlah bayi yang lahir di Jepang mencapai titik terendah baru.
Dia juga menjanjikan dana sebesar 1 triliun yen atau sekitar 7,6 miliar dolar AS untuk melatih pekerja yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi dalam lima tahun ke depan.
Negara berpenduduk 126 juta jiwa ini mulai merasakan tekanan, dengan populasi usia kerja diperkirakan akan menyusut sebesar 20 persen dari 2020 menjadi 59,8 juta orang pada 2040, menurut laporan tersebut.
Kishida sudah mencari cara untuk mengatasi kekurangan pekerja untuk pengemudi truk yang diperkirakan dapat terjadi pada tahun depan.
Laporan ini juga memperingatkan, kekurangan pekerja cenderung menjadi akut di sektor padat karya seperti transportasi dan konstruksi, serta perawatan kesehatan karena meningkatnya permintaan dari populasi yang menua.
Kemerosotan Jepang dalam posisi ekonomi global dan menurunnya populasi usia kerja mengindikasikan langkah untuk meningkatkan imigrasi bukanlah solusi yang paling layak diterapkan dalam jangka panjang, kata laporan yang dipimpin oleh kepala peneliti Shoto Furuya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Value Management Institute mengatakan Jepang membutuhkan 6,74 juta pekerja asing pada 2040, atau hampir empat kali lipat dari jumlah yang dibutuhkan pada 2020, guna mencapai pertumbuhan tahunan rata-rata sekitar 1,24 persen.
Kesenjangan antara daerah pedesaan dan perkotaan di Jepang kemungkinan akan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu, tambah laporan itu, dengan semua prefektur negara kecuali Tokyo menghadapi kekurangan tenaga kerja pada 2040.
Prefektur Kyoto akan kekurangan sekitar 39 persen pekerja yang dibutuhkannya, sedangkan prefektur utara pulau Hokkaido akan melihat tingkat kekurangan hampir 32 persen.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa estimasi mereka relatif konservatif, karena model tersebut mengasumsikan hampir tidak ada pertumbuhan ekonomi. Artinya, setiap peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan akan membuat kelangkaan tenaga kerja menjadi semakin parah.