Akhirnya menemukan metode baru untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene yang di bentuk menjadi mangkuk, cangkir, piring ringan yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau.
Produk tersebut kemudian dinamai sebagai Tupperware.
Tak sampai disitu Tupper kembali meluncurkan inovasi baru.
Dengan menciptakan wadah yang kedap udara dan kedap air, namun awet dan tahan lama.
Inovasi ini di gagas Earl Tupper untuk mengurangi limbah plastik, lantaran merek Tupperware didesain agar bisa dipakai berulang kali.
Sehingga bisa mengurangi pemakaian plastik sekali pakai yang berkontribusi merusak lingkungan, seperti yang dikutip dari situs Plasticshof.
Tupperware bahkan telah memenuhi standar ketentuan plastik FDA, EFSA, dan FS.
Dengan keunggulan ini tak sedikit ibu – ibu di berbagai belahan dunia yang memilih untuk menggunakan Tupperware.
Karena produk Tupperware dinilai awet dan murah ketimbang produk plastik yang lainnya.
Popularitasnya yang sempat meledak bahkan membuat Tupperware memiliki nilai yang begitu berharga.
Hingga beberapa tahun lalu sempat tersiar kabar apabila produk tersebut bisa digadaikan bila pemiliknya butuh dana segar.
Penjualan Tupperware Meledak
Meledaknya penjualan Tupperware beberapa dekade lalu,.
Tak lepas dari upaya Tupper dan asistennya marketingnya Brownie Wise yang mempopulerkan produk Tupperware melalui metode pemasaran langsung atau Tupperware Parties.