“Terlebih, juga diharapkan ada kestabilan harga minyak dunia. Dibarengi dengan strategi efisiensi Pertamina, antara lain dalam memperkuat lini distribusi migas dan juga pengelolaan geothermal, diharapkan kinerja positif Pertamina terus meningkat pada 2023,”urainya.
Terpisah, pengamat migas Inas Nasrullah Zubir juga menilai positif.
“Ini adalah raihan laba bersih terbesar sepanjang sejarah. Kita patut memberikan apresiasi kepada kinerja jajaran direksi Pertamina terutama Dirut Ibu Nicke Widyawati atas prestasi tersebut,” ujar Inas.
Menurut Inas, capaian laba yang lebih tinggi 86% dibandingkan 2021, merupakan bukti bahwa selepas pandemi Covid-19, Pertamina mampu meningkatkan kinerja bisnisnya.
Hal itu antara lain dilakukan, dengan berbagai upaya efisiensi operasional, baik pada sisi upstream maupun downstream, di tengah volatilitas harga minyak dan dinamisnya nilai tukar Rupiah.
“Pertamina juga terus menunjukan kontribusi nyata yang tidak tanggung-tanggung untuk pembangunan Indonesia, di mana menjadi penyetor pajak terbesar pada 2022, yakni sebesar Rp219,06 triliun atau meningkat 88%,” tutup Inas. (*)