Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Konflik yang meletus di Sudan telah mengancam pasokan gum arabic, yang merupakan bahan utama untuk membuat minuman soda, permen, dan kosmetik.
Hampir sekitar 70 persen pasokan gum arabic berasal dari pohon akasia di wilayah Sahesocal yang melintasi Sudan.
Adapun sejumlah produsen minuman bersoda seperti Coca Cola dan PepsiCo telah lama menimbun persediaan, bahkan beberapa perusahaan menyimpan antara tiga hingga enam bulan untuk menghindari kekurangan pasokan.
Baca juga: Kisah Pelajar Indonesia di Sudan Dievakuasi: Tempuh Perjalanan Darat 16 Jam dan Jalur Laut 20 jam
Konflik di Sudan sebelumnya hanya terfokus di wilayah yang jauh seperti Darfur. Namun kali ini, konflik pecah di Ibu Kota Khartoum sejak 15 April, sehingga melumpuhkan ekonomi dan mengganggu komunikasi.
“Konflik Sudan dapat mengancam pasokan gum Arabic,” kata Richard Finnegan, manajer pengadaan di Kerry Group, yang merupakan pemasok gum arabic ke sebagian besar perusahaan makanan dan minuman utama.
“Stok saat ini diperkirakan akan habis dalam lima hingga enam bulan ke depan,” sambungnya.
Sementara mitra pemasok asal Belanda, FOGA Gum, Martijn Bergkamp memperkirakan stok gum Arabic hanya cukup untuk tiga hingga enam bulan ke depan.
Baca juga: Krisis Sudan: Gencatan Senjata Diperpanjang, Namun Pertempuran Terus Berlanjut
Menurut perkiraan dari Kerry Group, produksi global gum arabic telah mencapai sekitar 120 ribu ton per tahun, atau senilai 1,1 miliar dolar AS. Sebagian besar produk gum arabic ditemukan di daerah "gum belt" yang membentang sejauh 500 mil dari Timur ke Barat Afrika, termasuk di Ethiopia, Chad, Somalia dan Eritrea.