Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Bentrokan baru yang terjadi antara kelompok etnis Hausa dan Nuba di Kota Kosti, Sudan telah merenggut 25 nyawa.
Kekerasan itu terjadi di tengah pertempuran berminggu-minggu antara faksi militer yang bersaing di ibu kota negara itu, Khartoum.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Kamis lalu menyerukan diakhirinya konflik tersebut.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (13/5/2023), Reporter lokal Abdallah Hussein mengatakan bahwa gubernur wilayah Kosti telah memberlakukan jam malam di negara bagian Nil Putih yang membentang dari Khartoum hingga perbatasan dekat Sudan Selatan.
Baca juga: Deklarasi Jeddah, Militer Sudan dan RSF Setuju Lindungi Relawan Kemanusiaan dan Warga Sipil
Ia menjelaskan bahwa aksi kekerasan itu dilaporkan tidak terkait dengan perebutan kekuasaan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter.
Kawasan itu, kata dia, dikenal dengan ketegangan antaretnis dan antarsuku.
"Lebih dari 200 orang tewas dalam konflik serupa pada Oktober tahun lalu. Itu juga terjadi pada 2021," kata Hussein.
Sementara itu menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pertempuran untuk menguasai Sudan yang meningkat pada 15 April lalu antara SAF dan RSF, telah menewaskan lebih dari 600 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk pada Kamis lalu mendesak 'semua negara yang memiliki pengaruh di kawasan itu untuk mendorong dihentikannya konflik, dengan segala cara yang memungkinkan penyelesaian krisis ini'.
Pengungsi setempat menggambarkan situasinya sebagai hal yang 'sangat mengerikan'.
Baca juga: Update Perang Saudara di Sudan Hari ke-27: Hewan di Kebun Binatang Khartoum Dikhawatirkan Mati
PBB memperkirakan bahwa 700.000 orang saat ini mengungsi secara internal.
Pembicaraan gencatan senjata yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dimulai di pelabuhan Jeddah Arab Saudi pada Sabtu lalu, dengan laporan menunjukkan bahwa kemajuan saat ini sedang dijajaki.
Baik SAF maupun RSF yang bertikai telah menandatangani deklarasi pada Kamis lalu dan berkomitmen untuk mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan.