Selain itu luasnya pasar konsumen dan kumpulan tenaga kerja yang terjangkau juga menarik perhatian merek global dan pengusaha.
Dalam upaya untuk meningkatkan sektor industri dan meningkatkan ekspor, pemerintah India berusaha untuk menandatangani kesepakatan perdagangan bebas.
Langkah ini mendapatkan respons yang baik di seluruh dunia.
Sejak 2021, India telah mencapai kesepakatan dengan Australia, Uni Emirat Arab, dan Mauritius.
India juga terus bernegosiasi dengan Uni Eropa, Inggris, dan Kanada. Kabarnya, Rusia juga tertarik meningkatkan hubungan kerja sama dengan India.
Baca juga: Jumlah Investor Ritel Pasar Modal Tembus 10,31 Juta Pada 2022, Pelaku Usaha Parekraf Berpeluang IPO
Di luar masalah geopolitik, fundamental ekonomi dan demografi India ternyata tetap jadi daya tarik bagi berbagai minat bisnis.
Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan, India memiliki pertumbuhan PDB sebesar 5,9 persen.
Sebagai gambaran, ekonoomi Amerika Serikat hanya tumbuh 1,6 persen. Sedangkan, ekonomi Jerman dan Inggris tergolong stagnan.
Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis meramalkan, ketika mampu mempertahankan momentum, India akan menyalip Jerman sebagai ekonomi terbesar keempat dunia pada tahun 2026. India juga berpeluang menjatuhkan Jepang dari posisi nomor tiga pada tahun 2032.
Pada tahun 2021, tercatat populasi usia kerja India mencapai lebih dari 900 juta. Capital Economics bilang, dalam beberapa tahun ke depan, jumlah penduduk usia produktif ini akan melampaui China.
Untuk dapat menyerap tenaga kerja, Ekonom Capital Economics Thamashi De Silva menerangkan, perlu lebih banyak dibangun pabrik.
“Potensi demografis dan kunci untuk membukanya adalah mengembangkan sektor manufaktur yang kompetitif secara global dan padat karya ini,” ungkap dia.
Sebagai catatan, pada tahun 2021, manufaktur menyumbang kurang dari 15 persen ekonomi atau pekerjaan India.
India akan diuntungkan karena perusahaan mendiversifikasi rantai pasokan mereka jauh dari China.