Said menjelaskan, penolakan terhadap sexual harassement memang menjadi satu di antara 13 platform perjuangan Partai Buruh.
"Dari 13 platform perjuangan Partai Buruh, salah satunya menolak sexual harassement atau melindungi pekerja perempuan terutama, dan perempuan-perempuan lain. Kan ada juga sexual harassement bukan karena dia di tempat kerja. Di luaran sana kan banyak juga," ucapnya.
Said mengungkapkan, sexual harassement lebih sadis terjadi kepada para buruh migran karena munculnya superioritas atasan terhadap buruh migran yang menjadi bawahannya.
"Misalnya di kebun-kebun, di sektor-sektor industri padat karya seperti tekstil. Di negara-negara lain sexual harassement yang diterima buruh pekerja perempuan itu bahkan pemerkosaan dan penganiayaan," ungkapnya.
"Jadi sexual harassement ini, Partai Buruh mengutuk, termasuk yang terjadi di Cikarang dan lainnya," kata dia.
Sebelumnya, beredar kabar viral adanya karyawati di sebuah perusahaan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat diajak tidur di hotel oleh atasannya.
Atasan tersebut mengancam akan memutus kontrak kerja karyawati jika keinginannya tidak terpenuhi. Kini karyawati yang menjadi korban pelecehan seksual buka suara.
Korban yang berinisial AD (24) mengaku atasannya mengajak staycation di hotel dengan dalih agar kontrak kerja AD diperpanjang.
Lanjut AD, bos bejat itu mengajak staycation melalui pesan WhatsApp. Bahkan, bos bejat tersebut pernah mengirimkan foto hotel kepada AD.
"Katanya 'kamu di mana, aku sudah di sini', sambil kirim foto hotel. Padahal sebelumnya enggak pernah janjian. Cuma dia sering nanya kosan aku," kata AD.
AD menyatakan atasannya sempat menanyakan alamat rumah. "Sempat ditanyain alamat rumah juga," paparnya.
Melihat gelagat aneh itu, AD dengan tegas menolak ajakan atasannya. Walhasil, kata AD, bos bejat langsung melancarkan kalimat ancaman.
"Dia langsung ngancam, ya sudah putus saja kontraknya," ucapnya menirukan pernyataan sang atasan.