Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Nasi liwet 'Mbak Laksmi' mungkin tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Solo, Jawa Tengah.
Usaha kuliner khas Kota Solo itu sudah ada sejak 1997.
Merek usaha diambil dari nama sang pendiri, Laksmi (50).
Nasi liwet Mbak Laksmi merupakan UMKM binaan BRI, berlokasi di selter barat Stadion Manahan Solo.
Setelah bertahan di masa pandemi Covid-19, usaha Laksmi kembali teruji dengan batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia yang digadang-gadang bisa meningkatkan perekonomian para pedagang.
Laksmi mengalami masa saat konsumen tidak boleh makan di tempat karena aturan pembatasan Covid-19.
Meski begitu, Nasi Liwet Mbak Laksmi masih bisa bertahan karena telah didaftarkan di aplikasi penjualan online.
"Saat pandemi usaha masih bisa berjalan, karena saya juga jualan lewat Shopee Food dan Go Food," ungkap Laksmi saat dijumpai di selter Stadion Manahan Solo, Sabtu (6/5/2023).
Walaupun konsumen yang datang berkurang drastis, Laksmi masih mendapat pesanan melalui aplikasi.
Laksmi bersyukur tidak melewatkan tawaran dari pihak aplikasi agar usahanya didaftarkan beberapa tahun lalu.
"Dulu daftar aplikasi ditawari sebelum pandemi," ujarnya.
Baca juga: Pelatihan Membuat Kuliner Dimsum Dorong Peluang Usaha Baru bagi Kaum Ibu di Desa Mekarsari
Perbanyak Pilihan Menu
Strategi lain yang dipakai Laksmi untuk bisa bertahan di tengah pandemi adalah dengan menambah pilihan menu.
Menu utama warung Mbak Laksmi adalah nasi liwet dan gudeg ceker khas Solo.
Kemudian, ibu dua anak itu melengkapinya dengan ayam geprek, ayam kremes, ayam bakar, lele, kakap, hingga bubur ayam.
"Jadi yang ingin menu selain nasi liwet ada pilihan. Selain itu menyesuaikan menu dengan kantong anak muda," ujarnya.
Harga menu warung Mbak Laksmi mulai dari Rp 10.000.
Selain menambah menu rupanya Laksmi rupanya membuat dua akun di masing-masing aplikasi.
Satu akun digunakan untuk 'Nasi Liwet dan Gudeg Ceker Mbak Laksmi', satu lainnya untuk 'Ayam Geprek Mbak Laksmi'.
Itu dilakukan Laksmi untuk memudahkan warungnya tampil pada pilihan pencarian saat konsumen aplikasi mencari menu makanan yang diinginkan.
"Jadi diketik nasi liwet muncul, dicari ayam geprek ya muncul," ungkapnya.
Buka 24 Jam
Strategi berikutnya, Laksmi membuka warungnya 24 jam.
Selain di selter barat Stadion Manahan, Laksmi kini membuka warung di dua tempat berbeda, yaitu di Jalan Ir Soepomo dan di dekat Kampus IV Univesitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
"Tiga-tiganya 24 jam," ungkapnya.
Setiap warung memiliki tiga karyawan yang terbagi dalam tiga shift.
"Masing-masing orang 10 jam, jadi ada waktu dua jam untuk pergantian shift dan saling bertemu," ujarnya.
Alasan Laksmi membuka usahanya 24 jam karena menu nasi liwet dicari orang luar kota yang menginap di Solo.
"Jadi kapan pun mereka pengin nasi liwet selalu ada," ujarnya.
Bahkan, saat momen lebaran pun Laksmi tetap membuka warungnya dengan menambah karyawan.
"Gajinya juga saya dobelin pas lebaran kemarin, kalau sekarang sudah kembali normal," ungkapnya.
Polemik Piala Dunia U-20
Diketahui, Stadion Manahan Solo direncanakan menjadi salah satu venue diselenggarakannya Piala Dunia U-20 Indonesia.
Sebagai persiapan, Pemerintah Kota Solo melakukan penataan para pedagang di sekitar Stadion Manahan.
Para pedagang yang awalnya berada di sisi barat, utara, dan timur stadion, kini ditempatkan menjadi satu di bagian barat.
Para pedagang menempati 120 selter yang disediakan Pemkot Solo.
Saat proses pembenahan, para pedagang terpaksa untuk tidak berjualan.
Setelah renovasi, lokasi pedagang pun tak lagi sama dengan sebelumnya.
Warung Laksmi dulu berada tepat di tengah, dekat pintu barat stadion.
Kini, Laksmi menempati sisi selatan, selter nomor lima.
Hal itu diakui Laksmi mengurangi pendapatannya.
"Pas pindah di sini ya mengurangi omzet, langganan juga lepas, soalnya dulu lokasinya strategis pas di tengah, sekarang di sini," ujarnya.
Namun Laksmi menerima apa yang telah diputuskan pemerintah.
"Pokoknya kami ikut Pemkot, wong kita juga binaan, kita kan juga dapat hak pakai," ujarnya.
Permodalan Cukup dan Digitalisasi
Laksmi mengaku saat ini usahanya mendapat program permodalan dari Bank BRI.
"Saya ada permodalan dari BRI, kalau sudah selesai ya ditawarin lagi, ya saya ambil lagi," ujarnya.
Setoran bulanan yang dibayarkan Laksmi langsung terpotong otomatis dari rekening yang ia gunakan untuk aplikasi pesan makanan online.
"Jadi bayar setorannya pakai nasi, enggak kerasa," candanya.
Selain itu, dengan renovasi selter Stadion Manahan Solo yang bekerja sama dengan BRI, pelanggan di warung Laksmi sudah dapat membayar dengan QRIS.
"Banyak anak muda sekarang yang bayar lewat scan QRIS itu, lebih mudah katanya," pungkas Laksmi. (*)