TRIBUNNEWS.COM – Meski hubungan Uni Eropa dengan Rusia dalam kondisi buruk akibat konflik di Ukraina, namun hal itu tidak mengganggu kerja sama nuklir Prancis dengan Negeri Beruang Merah tersebut.
Bahkan kontrak Prancis dengan perusahaan nuklir Rusia Rosatom untuk memproses ulang uranium terus berlangsung.
Menteri Transisi Energi Prancis, Agnes Pannier-Runacher mengatakan, kerjasama tersebut sangat bermanfaat pada kedua negara.
Baca juga: Jerman Diprediksi Lolos Dari Jurang Resesi pada Q1 2023
Di bawah kesepakatan 2018, uranium yang dibuat ulang dari Prancis dikirim ke Rusia, di mana ia diperkaya dan kemudian dikirim kembali. Uranium daur ulang digunakan untuk menjalankan pembangkit listrik tenaga nuklir Prancis.
Mengakhiri kontrak akan menghasilkan kompensasi yang lebih tinggi bagi pemerintah Rusia daripada hanya melanjutkan impor pada tingkat minimum, kata Agnes Pannier-Runacher kepada saluran Bisnis BFM, Selasa (16/5/2023).
Pada bulan Maret, Greenpeace melaporkan bahwa Prancis telah melipatgandakan impor uranium yang diperkaya Rusia pada tahun 2022.
Menurut organisasi tersebut, pengiriman tersebut menegaskan ketergantungan Prancis pada industri nuklir Rusia, yang belum menjadi sasaran sanksi Barat.
Pannier-Runacher kemudian membantah bahwa pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir Prancis bergantung pada Rusia.
“Prancis hanya menggunakan sejauh yang sangat sederhana untuk layanan pengayaan uranium alami di Rusia, serta layanan konversi dan pengayaan ulang untuk uranium yang diproses ulang untuk meningkatkan efisiensi siklus,” kata Pannier-Runacher.
Prancis “benar-benar dapat melakukannya tanpanya karena aktivitas terakhir ini dapat sepenuhnya digantikan oleh uranium alami,” kata menteri energi kepada Montel News pada saat itu.
Baca juga: Ini Ramalan CEO Bank of America Soal Resesi Global
Statistik menunjukkan bahwa tahun lalu perusahaan energi Prancis EDF membeli 153 ton uranium yang diperkaya di Rusia, tingkat yang sama dengan tahun 2021. Rusia menyumbang 15 persen dari aktivitas pengayaan EDF.
Prancis menghasilkan sekitar 70% listriknya dari sumber nuklir. Negara ini telah lama menjadi produsen listrik terkemuka di Eropa karena armada reaktor atomnya yang sangat besar, terbesar kedua di dunia setelah AS.
Namun, tahun lalu lebih dari setengahnya ditutup karena masalah korosi, masalah pemeliharaan dan teknis, menambah kekhawatiran atas krisis energi di UE.
Bangun Reaktor di Hungaria