Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi ekonomi global yang melambat sejak akhir 2022 terus memengaruhi Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada 2023, termasuk di bulan Mei.
Ekspansi IKI melambat pada poin 50,9. Namun angkanya ekspansi, meskipun melambat 0,48 poin dibandingkan April 2023.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan perlambatan IKI bulan Mei 2023 ini dipengaruhi oleh penurunan IKI beberapa subsektor industri, dari semula ekspansi menjadi kontraksi.
Baca juga: Dua Perusahaan di Kawasan Industri Morowali Akan Dipasok Listrik Ramah Lingkungan
"Terjadi pada subsektor Industri Pengolahan Tembakau, Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, Industri Farmasi, Obat Kimia dan Tradisional, serta Industri Logam Dasar," tutur Febri, Rabu (31/5/2023).
Akibatnya, share subsektor ekspansi terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas triwulan pertama tahun 2023 menurun menjadi 70,6 persen. Share tersebut berasal dari 12 subsektor yang mengalami ekspansi.
Febri menjelaskan, penurunan IKI disebabkan oleh kontraksi beberapa subsektor yang memiliki share PDB cukup besar, setelah sebelumnya mengalami ekspansi, misalnya seperti Industri Logam Dasar dan Industri Pengolahan Tembakau.
Kedua, melandainya ekspor karena penurunan harga komoditas dan melemahnya nilai tukar rupiah.
"Ketiga, masih terdapatnya stok persediaan dari bulan April karena terjadinya penurunan daya beli masyarakat selama Lebaran, tidak seperti pada tahun sebelumnya," ungkap Febri.
Meskipun demikian, beberapa subsektor dengan share PDB terbesar masih mengalami ekspansi, yaitu Industri Makanan, Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia dan Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer.
"Untuk Juni 2023, Kemenperin optimis IKI akan naik kembali," ucap Febri.
Jika dilihat lebih detail, penurunan nilai IKI Mei 2023 terjadi karena penurunan nilai variabel Pesanan Baru sebesar 0,73 poin (menjadi 49,84) dan variabel Produksi yang menurun 2,07 poin (menjadi 50,01).
Di sisi lain, variabel Persediaan mengalami kenaikan 2,67 poin (menjadi 54,90). Kondisi ini menunjukkan terjadinya penumpukan stok persediaan, sehingga perusahaan mengurangi produksi, di samping terjadinya penurunan pesanan.
Baca juga: Juarai Adinata Syariah KNEKS, Jatim Makin Optimistis Jadi Pusat Industri Halal Indonesia
Pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel Pesanan Baru.