Pertama adalah faktor produksi dan yang kedua karena proses distribusi yang tak sesuai dengan biasanya.
"Pertama karena faktor produksi yang menyebabkan harga pakan yang tinggi. Kedua, proses distribusi yang tidak sesuai dengan kebiasaan," kata Reynaldi.
Maksud dia, biasanya proses distribusi dilakukan ke pasar, tetapi kini banyak pihak yang melakukan pendistribusian di luar pasar.
"Banyak pihak yang melakukan pendistribusian di luar pasar atau permintaan di luar pasar sehingga supply dan demand di pasar terganggu dan menyebabkan harga terus merangkak naik," kata Reynaldi.
"Sebagai catatan, kami melihat ada beberapa permintaan yang cukup tinggi di beberapa instansi, elemen, lembaga, serta perorangan yang membuat supply di pasar terganggu," lanjutnya.
Ia berharap pemerintah dapat melakukan sejumlah upaya agar dua faktor tersebut dapat teratasi sehingga harga telur tak terus naik.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah Hari Ini Naik Jadi Rp 44.700 Per Kg, Bawang Merah Juga Melonjak
"Kami berharap agar pemerintah dapat melakukan upaya terkait dua hal ini dan mengantisipasi agar harga telur tidak terus naik," kata Reynaldi.
Tanggapan Kepala Badan Pangan Nasional Terkait Kenaikan Harga Telur
Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyinggung sejumlah pihak yang kerap komplain soal harga yang mahal.
"Saya sampaikan, kalau harga telur 1 kilo isi 16 butir Rp32 ribu, orang komplain. Tapi maaf saya bandingkan dengan bagaimana orang membeli satu bungkus rokok Rp36 ribu, kok enggak komplain," kata Arief saat ditemui usai menghadiri diskusi bertema "Penguatan Kemitraan dan Meningkatkan Kekuatan Pangan dari Hulu ke Hilir di Indonesia", di Jakarta Selatan, Selasa (30/5/2023).
"Padahal peternak-peternak telur ini sekian lama untuk menunggu ayam-ayam itu bertelur. Mencari pakan yg harganya baik. Kemudian, telurnya sehari satu ayam itu satu," sambungnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan, kenaikan harga tersebut dilakukan untuk menjaga harga wajar dari hulu sampai ke hilir itu.
"Ada petani, ada peternak yang harus kita jaga. Tapi tidak kalah penting juga ada 270 juta warga Indonesia yang perlu juga dijaga daya belinya. Sehingga harga wajar di hulu, tengah, dan hilir," tutur Arief.