Mereka diberi pelatihan digitalisasi agar jamu tradisional bisa dipasarkan mengikuti perkembangan zaman.
"Pemuda-pemudi, ibu muda, diajari proses pemasaran, packaging, foto produk, hingga Google Business," ungkapnya.
Sudiyatmi bilang, mayoritas penjual jamu di Dusun Kiringan sudah merambah online melalui sejumlah marketplace, seperti Shopee dan Lazada.
Baca juga: Kulineran di Selter Stadion Manahan Solo Kini Sudah Bisa Bayar Pakai QRIS
Perkawinan Menambah Lestari
Selain generasi muda asli Dusun Kiringan, Sudiyatmi mengatakan penjual jamu makin lestari dengan adanya perkawinan.
"Misalnya kalau laki-laki sini dapat orang dari luar Kiringan, masuk ke sini ikut juga jualan jamu," ujarnya.
Hal itu membuat penjual jamu di Dusun Kiringan menjadi bertambah.
Sudiyatmi mengatakan ada lebih dari 10 jenis jamu yang dibuat warga di Dusun Kiringan.
"Yang ramai beras kencur dan kunir asem," ungkapnya.
Anak Sekolah Jual Jamu
Sementara itu Ketua Kelompok Jamu Seruni Putih, Murjiyati juga mengisahkan betapa generasi muda di Dusun Kiringan antusias menjual jamu.
Murjiyati mengaku putrinya ikut menjual jamu sejak duduk di bangku SMP.
Racikan jamu botolan Murjiyati dijajakan kepada teman-teman sang putri.
Saat ini, putrinya yang sudah bekerja sebagai perawat pun masih terlibat dalam penjualan produk jamunya yang diberi merek 'Riski Barokah'.