News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dikabarkan Rambah Bisnis Batu Bara dan Caplok Grup Bakrie, Berikut Gurita Bisnis Grup Salim

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Indofood Sukses Makmur perusahaan milik Grup Salim

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Terus melakukan ekspansi, Grup Salim dikabarkan merambah bisnis batu bara.

Grup Salim yang dikenal dengan produk makanan instan yaitu Indomie dan sejumlah merk minyak goreng itu dikabarkan mencaplok salah satu perusahaan batu bara milik pengusaha Aburizal Bakrie.

Kabar masuknya Grup Salim ini berembus setelah dua direksi PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengundurkan diri.

Baca juga: BPOM Keluarkan Penjelasan Setelah Produk Indomie Ditarik dari Pasar Taiwan

Keduanya adalah Rio Supin (Presiden Direktur) dan Prabhakaran Balasubramanian (Direktur).

DEWA adalah perusahaan batu bara yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Grup Bakrie.

Dikutip dari Kompas.com, ada rumor yang menyebut bahwa Grup Salim akan menempatkan orang kepercayaannya yaitu Teguh Boentoro di jajaran manajemen DEWA.

Rabu (14/6/2023) ini DEWA menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang salah satu mata acaranya adalah perubahan/penetapan kembali susunan pengurus perusahaan.

Meski belum ada konfirmasi resmi dari Manajemen DEWA terkait isu masuknya Grup Salim, tampak harga saham DEWA melejit 22 persen pada perdagangan Rabu (14/6/2023) ke level Rp 61 per saham.

Padahal, sudah berbulan-bulan lamanya saham DEWA terjebak di level gocap alias Rp 50 per saham.

Bukan kali ini saja Grup Salim yang di bawah komando Anthoni Salim masuk menjadi pemegang saham emiten Grup Bakrie.

Sebelumnya, Grup Salim melalui dua perusahaan cangkang, yakni Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investment (TGIL) telah menjadi pemegang saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) lewat skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Baca juga: Data Center Milik Grup Salim dan PT DCI Siap Beroperasi Penuhi Kebutuhan Pasar

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, dalam private placement yang digelar pada Oktober 2022 lalu, Grup Salim merogoh kocek senilai Rp 15,33 triliun untuk memiliki 127,75 juta saham BUMI.

Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava menyebut, Grup Salim menjalin hubungan joint control dengan Grup Bakrie di BUMI yang diharapkan akan semakin meningkatkan kinerja bisnis perusahaan tersebut pada masa mendatang.

“Pengendalian bersama ini memiliki tujuan untuk mengoptimalkan kinerja bisnis batubara dan pengembangan hilirisasi batubara maupun diversifikasi ke sektor nonbatubara,” ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6/2023).

Masih di emiten Grup Bakrie, Anthoni Salim juga memiliki pengaruh di PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Direktur Utama BRMS Agoes Projosasmito disebut-sebut merupakan perwakilan Grup Salim di emiten tersebut.

Grup Salim juga masuk ke BRMS melalui Emirates Tarian Global Ventures yang notabene menggenggam 25,10 persen saham emiten pertambangan mineral ini.

Di sektor lainnya seperti jalan tol, tahun lalu Grup Salim lewat PT Margautama Nusantara (MUN) yang merupakan anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mengakuisisi 40 persen saham Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek yang sebelumnya dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) lewat anak usahanya.

MUN dan Jasa Marga menyepakati akta jual beli saham atau sales purchase agreement (SPA) senilai Rp 4,38 triliun.

Profil Grup Salim

Siapa penguasa bisnis produk makanan di Indonesia, jawabanya siapa lagi kalau bukan Grup Salim.

Bisa dikatakan, hampir semua orang Indonesia pernah mencicipi produk makanan buatan Indofood hingga Bogasari.

Bisnis Salim Group begitu menggurita. Tak hanya menjadi penguasa bisnis makanan, namun juga merambah bisnis perbankan.

Salim Grup pernah menjadi pengendali saham Bank BCA, bank swasta terbesar di Indonesia.
Sebagai konglomerasi bisnis, gurita bisnis Grup Salim tersebar di hampir semua sektor mulai dari ritel, otomotif, jalan tol, properti, telekomunikasi, perkebunan, dan sebagainya.

Kerajaan bisnis Grup Salim bermula dari perdagangan yang dijalankan Sudono Salim, seorang perantau asal China yang mengadu nasib di Indonesia di era Hindia Belanda. Bisnis pertamanya yakni jual beli cengkeh.

Usaha yang dijalankan Sudono Salim sempat mengalami pasang surut di masa penjajahan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia.

Bisnisnya mulai meroket di era Orde Baru berkuasa. Sudono Salim diketahui menjadi salah satu orang dekat Presiden Soeharto.

Berikut ini gurita bisnis makanan yang dijalankan Grup Salim:

1. Bogasari (tepung terigu)

PT Bogasari Flour Mill saat ini tercatat sebagai perusahaan produsen tepung terigu terbesar di Indonesia.

Para Siswa SLB Pangudi Luhur mengikuti pelatiahn pengolahan makanan berbasis terigu di Bogasari Baking Center yang berlokasi di pabrik Bogasari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa 23/05/2023. Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan rasa percaya diri di tengah keterbatasan fisik, PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari memberikan pelatihan pengolahan makanan berbasis terigu yakni membuat donut dan mie ayam kepada 15 siswa SLB Pangudi Luhur setingkat SMP dan SMA dengah 4 guru pendamping. (WARTAKOTA/Henry Lopulalan) (WARTAKOTA/Henry Lopulalan)

Gandumnya diimpor dari berbagai negara karena Indonesia bukan negara penghasil gandum.
Resmi berdiri pada tahun 1969, Bogasari awalnya merupakan perusahaan penggilingan gandum.
Sementara pasokan gandumnya berasal dari Bulog yang saat itu diberikan monopoli importir gandum dan distributor tepung terigu.

Pada awal berdiri, kapasitas produksinya hanya 650 ton per hari, lalu pada 1990-an produksinya naik menjadi 9.500 ton per hari.

Mesin gilingnya didatangkan dari Jerman Barat, sementara gandumnya diimpor dari Australia. Lokasi pabrik Bogasari berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Beberapa produk terigu Bogasari antara lain Segitiga Biru, Cakra Kembar, dan Kunci Biru.

2. Indofood (mie instan)

Grup Salim merupakan kelompok bisnis yang cenderung menjalankan bisnis dari hulu ke hilir.
Setelah memiliki industri tepung terigu yang mapan, bisnisnya melebar pada produk olahan terigu yakni mie instan.

Mie instan Indomie yang diproduksi Indofood begitu sukses di pasaran Indonesia sejak diperkenalkan pada tahun 1969.

Bahkan posisi mie instan sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia saat ini hampir menyamai beras. Konsumsi mie instan penduduk Indonesia terus mengalami kenaikan.

Indofood  (Kompas.com/Josephus Primus)

Meski beberapa pesaing bermunculan, tak lantas menggoyahkan posisi Indofood sebagai raja mie instan.

Kemudian pada 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam.

Puncaknya pada 1983, produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat Indonesia dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng.

Produk tersebut telah merambah banyak negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan China.

3. KFC (ayam dan cepat saji)

Pemegang waralaba KFC di Indonesia dipegang oleh PT Fastfood Indonesia Tbk (FAST) yang sahamnya terafiliasi dengan Grup Salim.

Perusahaan ini mulai berdiri sejak tahun 1978. KFC Indonesia awalnya dimiliki oleh Keluarga Gelael sebelum kemudian sahamnya dijual ke Grup Salim sejak tahun 1990 lewat salah satu perusahaannya, Indoritel.

4. Indofood CBP (snack dan makanan lain)

Indofood CBP sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Sebagaimana induknya, produk Indofood CBP memenuhi rak-rak supermarket hingga warung-warung kecil.

Produknya sangat beragam mulai dari mie instan dengan merek Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie, Sakura.

Lalu segmen minuman seperti susu Indomilk, Milkuat, hingga susu Cap Enak.

Beberapa produk makanan ringan Indofood CBP juga laris di pasaran seperti Qtela, Chitato, Lays, Chiki, Jetz, Dueto, Cheetos, dan sebagainya.

Kemudian produk sambal sambal dan kecap yang juga diberi nama Indofood.

5. Sari Roti (roti)

Salim Group masuk ke bisnis pembuatan roti lewat kepemilikannya di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang memproduksi brand Sari Roti.

Perusahaan ini baru berdiri pada tahun 1995, namun catatan penjualannya terus meroket.

Sari Roti memang telah menguasai medium penjualan. Produk mereka mudah ditemukan di mana saja, dari pedagang keliling, toko kelontong sampai minimarket.

Produk Sari Roti. (Nikkei Asian Review)

Dengan masa kedaluwarsa produk rata-rata kurang dari sepekan, distribusi merupakan kunci sukses penjualan Sari Roti.

Pabriknya tersebar di berbagai daerah antara lain Cikarang, Semarang, Pasuruan, Purwakarta, Palembang, Medan, dan Makassar.

Perusahaan tercatat melantai ke bursa pada Juni 2010.

6. Ivomas dan London Sumatera (minyak goreng)

Grup Salim merambah ke bisnis perkebunan sawit terintegrasi, dari perkebunan sawit, pengolahan minyak CPO, hingga produsen minyak goreng lewat PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Selain kepemilkan pada Ivomas, Salim Group juga mengendalikan perusahaan sawit besar lainnya yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Kedua raksasa sawit ini terafiliasi dengan Indofood Agri Resources.

7. Batu bara

Grup Salim juga baru saja mengumumkan menjadi pemegang saham di perusahaan tambang batu bara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui skema private placement. Padahal, sebelumnya masuknya Grup Salim ke tambang ini baru sebatas rumor.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini