Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilik Rolupat Batik dan Butik Henny Christiningsih memiliki keinginan, pascapandemi produk usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) binaanya dapat bangkit kembali.
Tahun ini, Henny menargetkan omzet Rolupat Batik dan Butik bisa mencapai Rp 2 miliar sampai Rp 3 miliar per bulan.
Bagi Henny, inovasi dan kreativitas tanpa batas diperlukan untuk membuat bisnis bidang fashion dan kuliner miliknya tetap bertahan sejak tahun 2016.
Baca juga: Perluas Pasar, UMKM Didorong Adopsi Teknologi Web3 dan Blockchain
Ia menyebut, media sosial berperan besar membantu usahanya dikenal luas.
"Sering berinovasi, enggak ada matinya harus berkreasi dan kreatif mengolah konten di media sosial," kata Henny yang ditemui Tribunnews.com di Jakarta beberapa waktu lalu.
Henny mengisahkan, Rolupat Batik dan Butik yang mewadahi ratusan UMKM di Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur ini sedang memperbanyak konten digital marketing, termasuk merambah live di Instagram dan Tiktok.
"Setiap live Instagram juga selalu live Tiktok. Kami ikut posting apa yang sedang trending di media sosial," ujar dia.
Pascapandemi ini, ia berharap dapat menambah binaan sebanyak 150 UMKM.
Selain memperbanyak konten digital untuk promosi, Henny juga berinovasi membuat produk yang bisa diterima semua segmen.
Saat ini, ia dipercaya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mendesain corak batik dari kearifan lokal masing-masing daerah.
""Kitanya harus cerdas. Kreatif mengolah supaya ada daya jualnya. Memilih bisnis apa itu harus panjang mikirnya. Ingin usaha 1, kita harus punya rencana 1a, 1b, 1c," kata dia.
"Saya punya kain batik. Tidak hanya jadi baju tapi bisa dioleh jadi taplak meja, set dining. Bisa motong bordir jadi taplak meja. Harus dioptimalkan," sambung Henny.
Henny mengaku bahwa digitalisasi menjadi kunci UMKM agar dapat menembus pasar yang lebih luas.
Misalnya, saat pandemi usaha tetap bisa berjalan karena melakukan penjualan online.
"Saat pandemi itu penjualan online besar 60 persen dari yang offline. Tapi sekarang orang sering datang karena kan bisa melihat langsung bahan dan motifnya," tutur Henny.
Ia menuturkan, kini ada sekitar 150 UMKM masuk dalam binaan dirinya.
Terdiri dari UMKM batik, makanan, kain, tas, hingga aksesoris.
Dari jumlah itu, 35 UMKM diantaranya sudah naik kelas dengan menjual dan mem-branding usaha mereka sendiri.
Hal ini tak lepas dari bantuan BRI yang membantu permodalan Henny.
Henny mengaku dibantu pembiayaan oleh BRI hingga Rp 13 miliar.
"Kalau ingin pinjam di Bank itu harus ada jaminan. Aset saya dijamin untuk modal UMKM mereka. Jadi saya menjaminkan aset untuk dapat pinjaman," terang Henny.
Rolupat Batik dan Butik telah mengikuti tiga pameran di luar negeri untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia yakni batik ke mancanegara.