Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Sahat Sinaga mengatakan, tidak setuju minyak sawit hanya fokus digunakan sebagai minyak goreng atau migor.
Menurut dia jika hanya sebagai migor akan membuang nutrisi sawit yang tinggi, sehingga lebih baik juga dijadikan sebagai bahan suplemen untuk mengurangi stunting.
Baca juga: Hingga Mei, BPDPKS Himpun Dana Pungutan Ekspor Sawit Rp 186,6 Triliun, Dananya untuk Apa Saja?
"Kalau untuk tumis-tumis, salad tidak apa-apa, saya usul fraksi beratnya jadi migor, fraksi ringannya jadi suplemen karena stunting 30 persen dengan menggunakan sawit, karotin vitaminnya tinggi, maka tingkatkan intelegensi dan fisik kita," ujarnya dalam sesi dialog Menggapai Sawit Tetap Jadi Andalan Indonesia saat Dunia Penuh Ketidakpastian di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Lebih lanjut, dia menilai kalau angka stunting masyarakat Indonesia dapat berkurang, jumlah klaim BPJS Kesehatan pun juga demikian.
Baca juga: Cegah Stunting dengan Pemberian Telur hingga Deteksi Dini ke Puskesmas
"Saya yakin biaya BPJS (Kesehatan) akan turun karena mereka jadi sehat, kalau riset kita difokuskan di satu badan tadi sendiri dan BPDPKS bagian badan itu. Supaya sawit kita berkembang dengan baik," kata Sahat.
Sementara itu, dia menambahkan, pihak asing cenderung mempromosikan sawit bukan sebagai minyak nabati dengan nutrisi tinggi.
"Sekarang teknologi barat yang harusnya (minyak sawit) di posisi emas jadinya loyang (tidak banyak nutrisi). Kalau nutrisi tertinggi di dalam jenis minyak yang paling tinggi sawit," pungkasnya.