Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Ketahanan pangan dunia terancam mengalami krisis usai sejumlah komoditas seperti gandum, jagung, dan kedelai yang diperdagangkan di pasar global mengalami lonjakan harga pasca Rusia mundur dari kesepakatan ekspor laut hitam.
"Faktanya, perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini. Rusia secara resmi memberi tahu pihak Turki dan Ukraina, serta Sekretariat PBB untuk tidak lagi memperpanjang kesepakatan itu," tegas juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip dari Reuters,
Dalam keterangan resminya Peskov tak menjelaskan alasan negaranya hengkang dari perjanjian ekspor pangan tersebut, namun melansir dari Reuters keluarnya Rusia dari perjanjian ekspor biji-bijian Ukraina lewat Laut Hitam sengaja dilakukan untuk memukul perekonomian negara – negara sekutu di Eropa.
Baca juga: Ekspor Gandum Ukraina Disebut Tidak Mencapai 3 Juta ton Akibat Lambatnya Inspeksi Kapal oleh Rusia
Kesepakatan ekspor ini awalnya dibentuk PBB agar Rusia mencabut blokade pada kapal – kapal pangan milik Ukraina di laut hitam, sehingga jutaan ton gandum dan biji-bijian produksi Kiev dapat kembali didistribusikan ke sejumlah negara termasuk Libanon dan Turki dan keberlangsungan koridor pangan dunia bisa terjamin.
Namun secara mengejutkan pada awal pekan kemarin Rusia mengumumkan bahwa pihaknya tak akan lagi memperpanjang perjanjian tersebut. Alasan ini yang kemudian memicu kekhawatiran para eksportir global akan adanya krisis pangan hingga sejumlah biji -bijian melonjak tajam, mengingat Ukraina sendiri merupakan salah satu pengekspor gandum dan biji – bijian terbesar di dunia dengan total ekspor mencapai 32 juta metrik ton.
"Hilangnya Kesepakatan Laut Hitam merupakan pukulan bagi negara-negara yang mencari gandum Ukraina yang lebih murah," kata Simon J. Evenett, seorang spesialis dalam perdagangan global dari University of St. Gallen.
Imbas dari bengkaknya Rusia dari perjanjian ekspor gandum, pasar global kini dilanda lonjakan harga pangan diantaranya seperti komoditas gandum dunia yang melonjak tiga persen hingga harganya melesat ke level tertinggi yakni 689,25 sen per gantang pada Selasa (18/7/2033).
Kenaikan serupa juga terjadi pada komoditas jagung di pasar berjangka yang kini dilaporkan melonjak menjadi 526,5 sen per gantang, sementara kedelai berjangka dibanderol dengan harga yang jauh lebih mahal yakni berada di kisaran harga 1.388,75 sen per gantang.
Harga tersebut diprediksi akan kembali melesat ke puncak tertingginya, mengingat saat ini ketahanan pangan global tengah mengalami tekanan akibat malapetaka yang disebabkan El Nino atau fenomena pemanasan permukaan laut di atas rata-rata.
Baca juga: Putin Tuntut Jaminan Keamanan Ekspor Gandum, Zelensky: Tunjukkan Kegagalan Agresi Rusia
“Belum diketahui kapan Rusia akan berubah pikiran, namun berakhirnya kesepakatan biji-bijian akan menambah tekanan kenaikan lainnya pada harga pangan yang saat ini tengah menghadapi kekeringan akibat efek El Nino," kata Peter Ceretti dari Eurasia Group.