Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diramal melemah pada Senin pekan depan (23/7/2023), dari Jumat lalu ditutup turun 41 poin ke Rp 15.027 per dolar AS.
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat lanjutkan pelemahan hingga Rp 15.070.
"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 15.000 per dolar AS hingga Rp 15.070 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Minggu (23/7/2023).
Baca juga: Analis Sebut Rupiah Pekan Depan Berpotensi Melemah ke Level Rp 15.300 per Dolar AS
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah Pertemuan bank sentral dari Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat dijadwalkan pekan depan.
Dengan investor mengurai data untuk mengukur jalur kebijakan moneter yang kemungkinan akan mereka buat dengan lebih baik.
Data mendukung kemungkinan BOJ atau Bank Sentral Jepang akan merevisi perkiraan inflasi tahun ini dalam proyeksi baru yang akan dirilis pekan depan.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda awal pekan ini mengatakan, Jepang masih jauh dari mencapai target inflasi bank 2 persen secara berkelanjutan, memadamkan spekulasi bahwa tweak untuk kontrol kurva imbal hasil akan terjadi minggu depan.
Lebih dari tiga perempat ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan BOJ akan mempertahankan kebijakan stabil termasuk skema kontrol hasil.
"Fokus investor akan tertuju pada data penjualan ritel Inggris untuk bulan Juni pada hari Jumat," kata Ibrahim.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 27 Juli, menurut semua ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
"Sebagian besar dari mereka sekarang juga mengharapkan kenaikan lain pada bulan September," tuturnya.
Sementara itu, sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni pelaku pasar terus memantau perkembangan pemerintah mengenai realisasi investasi di kuartal kedua 2023 naik 6,3 persen secara kuartalan dibanding kuartal I 2023.
Sedangkan, realisasi investasi mencapai Rp 349,8 triliun di kuartal II 2023, atau naik 15,7 persen secara tahunan terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 186,3 triliun atau 53,3 persen dari total investasi kuartal II 2023.
"Realisasi tersebut naik 14,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ujar Ibrahim.
Selanjutnya, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 163,5 triliun atau 46,7 persen dari total investasi di kuartal II 2023.
Angka tersebut naik 17,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan ini merupakan angka terbesar setelah Covid-19.
"Sekalipun memasuki tahun politik, kondisi perekonomian belum pada posisi yang normal. Tetapi, kepercayaan global kepada pemerintah Indonesia cukup luar biasa, itu bisa tercermin dari penyerapan tenaga kerja sebanyak 464.289 orang," pungkasnya.